Integrasi Sosial-Ekonomi di Kampung Susun Bayam: Pemprov DKI Jalin Kemitraan Pekerjaan dan Pertanian Urban

Integrasi Sosial-Ekonomi di Kampung Susun Bayam: Sinergi Pekerjaan dan Pertanian Urban

Penyerahan kunci hunian Kampung Susun Bayam kepada 33 keluarga telah ditandai oleh Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menandai babak baru dalam program relokasi dan pemberdayaan warga. Langkah ini bukan sekadar penyediaan tempat tinggal, melainkan upaya terintegrasi untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi penghuni. Inovasi kunci dari program ini adalah penyediaan lapangan kerja dan pengembangan pertanian urban di kawasan Jakarta International Stadium (JIS) sebagai strategi untuk menjamin keberlanjutan pembiayaan hunian.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, melalui kerjasama dengan PT Jakarta Propertindo (Jakpro), telah merancang skema yang memungkinkan warga Kampung Susun Bayam untuk bekerja di lahan pertanian urban di sekitar JIS. Program pertanian urban ini bukan hanya sekadar menyediakan penghasilan tambahan, tetapi juga memanfaatkan keahlian dan pengalaman para penghuni yang sebagian besar memiliki latar belakang sebagai petani. Lebih jauh lagi, pelatihan dan pendampingan diberikan untuk meningkatkan produktivitas dan menerapkan praktik pertanian modern. Hal ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk memberikan nilai tambah bagi warga, bukan hanya sekadar tempat tinggal.

Direktur Utama PT Jakpro, Iwan Takwin, menjelaskan mekanisme kerja sama ini. Warga akan dipekerjakan sebagai petani dengan gaji setara Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI Jakarta. Sistem pembayaran sewa hunian diterapkan dengan cara dipotong langsung dari gaji bulanan mereka sebesar Rp 1,7 juta. Sistem ini, yang telah disepakati bersama, dirancang untuk memastikan keberlanjutan hunian dan memberikan rasa aman bagi warga. Transparansi dan kesepakatan bersama menjadi pondasi penting dalam skema ini.

Lebih jauh lagi, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga aktif membangun rantai pasok untuk hasil panen pertanian urban ini. BUMD bidang pangan akan dilibatkan dalam pembelian hasil panen, memastikan terwujudnya sistem pemasaran yang berkelanjutan dan menguntungkan bagi para petani. Langkah ini menunjukan upaya terintegrasi untuk membangun ekosistem ekonomi lokal yang berkelanjutan, dimulai dari produksi hingga pemasaran.

Gubernur Pramono Anung menekankan pentingnya perubahan pola pikir dalam program ini. Pelatihan pertanian modern tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga membentuk kemampuan manajemen dan kewirausahaan warga. Hal ini diharapkan dapat mendorong kemandirian ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada bantuan pemerintah jangka panjang. Tujuan akhir dari program ini adalah terwujudnya masyarakat yang mandiri dan sejahtera.

Keberhasilan program ini bergantung pada beberapa faktor kunci, termasuk:

  • Keterlibatan Aktif Warga: Keikutsertaan aktif warga dalam program pertanian urban dan pengelolaan hunian merupakan faktor penentu keberhasilan.
  • Pendampingan dan Pelatihan Berkelanjutan: Dukungan berkelanjutan dalam bentuk pelatihan dan pendampingan teknis sangat penting untuk meningkatkan keterampilan dan produktivitas warga.
  • Ketersediaan Infrastruktur yang Memadai: Infrastruktur yang memadai, termasuk akses air dan fasilitas pengolahan hasil panen, diperlukan untuk mendukung keberlangsungan program.
  • Kerjasama Antar Pihak: Kerjasama yang solid antara pemerintah, BUMD, dan warga menjadi kunci keberhasilan program ini.

Program integrasi sosial-ekonomi di Kampung Susun Bayam ini diharapkan dapat menjadi model bagi program relokasi dan pemberdayaan masyarakat di masa mendatang. Suksesnya program ini akan berdampak positif tidak hanya bagi warga Kampung Susun Bayam, tetapi juga akan memberikan inspirasi bagi program-program serupa di berbagai wilayah.