Es Laut Global Mencapai Rekor Terendah: Ancaman serius bagi Ekosistem Kutub dan Iklim Global
Es Laut Global Mencapai Rekor Terendah: Ancaman Serius bagi Ekosistem Kutub dan Iklim Global
Data satelit dari layanan iklim Copernicus, Uni Eropa, menunjukkan fenomena mengkhawatirkan: es laut global mencapai titik terendah sepanjang sejarah pada Februari 2025. Penemuan ini menggarisbawahi dampak nyata perubahan iklim yang semakin intensif dan mengancam stabilitas ekosistem kutub serta keseimbangan iklim global.
Samantha Burgess dari European Centre for Medium-Range Weather Forecasts memaparkan bahwa suhu rata-rata global pada bulan Februari 2025 mencapai 1,59 derajat Celcius di atas rata-rata pra-industri. Ini menjadikan Februari 2025 sebagai bulan Februari terhangat ketiga yang pernah tercatat. Kenaikan suhu ekstrem ini memiliki korelasi langsung dengan penyusutan dramatis lapisan es laut di Arktik dan Antartika.
Di wilayah Arktik, luas es laut menyusut hingga setara dengan luas daratan Inggris. Kondisi ini menunjukkan defisit 8 persen dari rata-rata luas es laut pada bulan Februari. Lebih mengkhawatirkan lagi, Februari 2025 menandai bulan ketiga berturut-turut yang mencatatkan rekor terendah pencairan es laut di Arktik. Sementara itu, Antartika juga mengalami penurunan signifikan dalam luasan es lautnya selama dua tahun terakhir. Meskipun sempat menunjukkan pemulihan pada Desember 2024, penurunan tajam kembali terjadi pada Februari 2025, mencapai titik terendah dengan defisit 26 persen dari rata-rata.
Burgess menekankan bahwa pencairan es laut di Arktik dan Antartika yang mencapai rekor terendah ini telah mendorong lapisan es laut global ke titik minimum sepanjang masa. Kondisi ini menimbulkan keprihatinan serius, sebagaimana diungkapkan oleh Robert Larter dari British Antarctic Survey. Hilangnya es laut berdampak signifikan terhadap ekosistem kutub, dengan paparan lapisan es terhadap air laut yang lebih hangat berpotensi mempercepat proses pencairan.
Dampak lebih lanjut dari fenomena ini mencakup berkurangnya kemampuan es untuk memantulkan radiasi matahari kembali ke angkasa. Akibatnya, pemanasan global semakin diperparah. Selain itu, pencairan es laut juga berpotensi melemahkan arus laut global yang bergantung pada air asin padat yang dihasilkan dari proses pembentukan es laut. Gangguan terhadap arus laut ini dapat memicu perubahan iklim yang lebih kompleks dan sulit diprediksi.
Kesimpulannya, pencairan es laut global yang mencapai rekor terendah pada Februari 2025 merupakan indikator yang sangat memprihatinkan. Fenomena ini bukan hanya ancaman bagi ekosistem kutub yang rapuh, tetapi juga berdampak luas terhadap keseimbangan iklim global. Penting bagi komunitas internasional untuk meningkatkan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim guna mencegah dampak yang lebih buruk di masa mendatang.
Berikut poin-poin penting yang perlu diperhatikan:
- Rekor terendah es laut global pada Februari 2025.
- Suhu global rata-rata 1,59 derajat Celcius di atas rata-rata pra-industri.
- Pencairan es laut di Arktik dan Antartika mencapai titik terendah.
- Dampak terhadap ekosistem kutub dan arus laut global.
- Peningkatan pemanasan global akibat berkurangnya pantulan radiasi matahari.
- Perlunya peningkatan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.