Indonesia Masih Bergantung pada Impor Energi Meski Kaya Sumber Daya Terbarukan

Indonesia dinilai masih belum optimal dalam memanfaatkan potensi energi terbarukan yang melimpah, sementara ketergantungan pada impor energi terus berlanjut. Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno dalam diskusi dengan mahasiswa di KBRI Beijing, China.

Eddy menegaskan bahwa Indonesia memiliki sumber daya energi yang sangat besar, mulai dari panas bumi, angin, air, hingga batu bara. "Kita memiliki cadangan panas bumi terbesar kedua di dunia, belum lagi potensi energi surya dan angin yang belum tergarap maksimal," ujarnya. Namun, ironisnya, kebutuhan energi sehari-hari seperti elpiji dan BBM masih banyak dipenuhi melalui impor.

Berikut beberapa fakta yang diungkapkan Eddy: - Kebutuhan elpiji domestik mencapai 7 juta kiloliter per tahun, dengan 75% di antaranya masih diimpor. - Subsidi elpiji mencapai Rp33.000 per liter per tahun, dengan total anggaran yang sangat besar. - BBM bersubsidi seperti Pertalite juga masih diimpor, dengan harga jual di bawah biaya produksi.

Eddy juga menyoroti masalah ketidaktepatan sasaran subsidi, di mana banyak masyarakat mampu justru memanfaatkan elpiji bersubsidi yang seharusnya diperuntukkan bagi kalangan kurang mampu. "Perlu ada pengaturan lebih ketat, misalnya dengan sistem kartu atau verifikasi KTP, agar subsidi benar-benar tepat sasaran," tegasnya.

Dia mendorong pemerintah untuk lebih serius mengembangkan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan impor. "Kita punya semua sumber daya, tinggal bagaimana mengelolanya dengan baik," pungkas Eddy.