Krisis Literasi di Buleleng: DPRD Soroti Ratusan Pelajar SMP yang Belum Melek Huruf

Buleleng – Fenomena memprihatinkan terungkap di Kabupaten Buleleng, Bali, dimana ratusan pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) ternyata belum memiliki kemampuan membaca dasar. Kondisi ini memicu reaksi keras dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat yang mendesak pemerintah daerah segera mengambil langkah strategis.

Ketua DPRD Buleleng, Ketut Ngurah Arya, menyatakan bahwa akar permasalahan ini bersifat multidimensional. Faktor ekonomi disebut sebagai penyebab utama, dimana banyak siswa terpaksa membantu pekerjaan orang tua sehingga waktu belajar menjadi terabaikan. "Anak-anak ini terjebak dalam siklus kemiskinan yang berdampak langsung pada akses pendidikan," tegas Arya dalam keterangan pers, Rabu (16/4/2025).

Beberapa poin kritis yang diidentifikasi: - Sistem kurikulum yang kaku dinilai turut berkontribusi pada masalah ini - Rasio guru-murid yang tidak ideal menyebabkan perhatian individual berkurang - Mekanisme evaluasi yang lebih berfokus pada kelulusan dibanding kompetensi dasar

Plt. Kepala Dinas Pendidikan Buleleng, Putu Ariadi Pribadi, mengungkapkan langkah konkret yang sedang ditempuh: 1. Program remedial intensif dengan jam belajar tambahan 2. Optimalisasi dana BOS untuk pendampingan literasi 3. Kolaborasi dengan tenaga pendidik eksternal jika diperlukan

Data terbaru menunjukkan dari 363 siswa yang terdampak, 43% masuk kategori Tidak Bisa Membaca (TBM) dan 57% termasuk Tidak Lancar Membaca (TLM). "Ini adalah kondisi darurat pendidikan yang memerlukan penanganan khusus," tegas Ariadi.