Trump Pertimbangkan Deportasi Warga AS Pelaku Kejahatan ke El Salvador

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengungkapkan rencananya untuk mendeportasi warga negara AS yang terlibat dalam kejahatan berat ke El Salvador. Dalam pernyataannya di Washington pada 14 April, Trump menyebut para pelaku kejahatan tersebut sebagai 'monster' yang perlu ditangani secara tegas.

"Kita harus menegakkan hukum, tetapi kita juga menghadapi penjahat domestik yang melakukan tindakan keji seperti mendorong orang ke rel kereta api atau menyerang perempuan tua dengan senjata," ujar Trump. Ia menambahkan bahwa dirinya sedang mempertimbangkan untuk memasukkan mereka ke dalam daftar deportasi, meski masih harus meninjau aspek hukum yang berlaku.

Latar Belakang Deportasi ke El Salvador

  • Kesepakatan AS-El Salvador: Pemerintah AS telah mendeportasi lebih dari 250 migran yang dianggap sebagai penjahat ke El Salvador. Mereka ditahan di Penjara Pusat Teroris (CECOT) di negara tersebut.
  • Klasifikasi Pelaku Kejahatan: Sebagian besar deportasi melibatkan anggota geng narkotika dan obat-obatan terlarang. AS dikabarkan membayar El Salvador sebesar $6 juta untuk menampung para tahanan ini.
  • Prosedur Hukum yang Dipertanyakan: Proses deportasi ini menuai kritik karena dilakukan tanpa prosedur hukum yang jelas. Salah satu kasus yang mencuat adalah deportasi Kilmar Abrego Garca, yang seharusnya mendapatkan perlindungan dari ancaman penganiayaan di negara asalnya.

Respons Pemerintah El Salvador

Presiden El Salvador, Nayib Bukele, menolak permintaan AS untuk memulangkan Garca. Bukele berargumen bahwa permintaan tersebut tidak masuk akal dan menegaskan komitmennya untuk tidak membebaskan "teroris". Garca, yang menikah dengan warga negara AS, kini ditahan di CECOT tanpa proses pengadilan.

Reaksi Publik dan Pakar Hukum

  • Kekhawatiran Aktivis: Rencana Trump untuk mendeportasi warga negara AS memicu alarm di kalangan aktivis hak sipil. Mereka menilai langkah ini bertentangan dengan konstitusi AS.
  • Pandangan Ahli Hukum: Para ahli menyatakan bahwa deportasi warga negara AS, baik yang lahir di AS maupun naturalisasi, adalah pelanggaran konstitusi.

Kontroversi CECOT

Penjara CECOT di Tecoluca menjadi sorotan karena dugaan pelanggaran hak asasi manusia. Bukele membela kebijakannya dengan menyatakan bahwa penahanan massal telah "membebaskan jutaan orang" dari ancaman kejahatan. Trump bahkan memuji pernyataan Bukele tersebut.

Implikasi Kebijakan

Trump menyatakan kesediaannya untuk membantu El Salvador membangun fasilitas penjara baru sebagai imbalan atas kesepakatan deportasi ini. Langkah ini dinilai sebagai upaya untuk memperkuat kerja sama kedua negara dalam menangani kejahatan transnasional.