Tantangan Produksi iPhone di AS: Biaya Tinggi dan Kualitas yang Dipertanyakan

Apple menghadapi tantangan besar dalam memindahkan produksi iPhone ke Amerika Serikat, meskipun ada tekanan politik untuk mengurangi ketergantungan pada China. Para ahli memprediksi bahwa proses ini tidak hanya membutuhkan waktu bertahun-tahun tetapi juga biaya yang sangat tinggi. Selain itu, kualitas produk yang dihasilkan di AS dikhawatirkan tidak sebaik versi yang diproduksi di China.

Berikut beberapa faktor yang menjadi kendala utama:

  • Rantai pasokan global: iPhone terdiri dari komponen yang diproduksi di sekitar 40 negara. Membangun infrastruktur serupa di AS akan memakan waktu 3-5 tahun, bahkan dengan dana yang mencukupi.
  • Tenaga kerja terampil: China memiliki keunggulan dalam jumlah pekerja terlatih, sementara AS mengalami kekurangan tenaga kerja di sektor manufaktur.
  • Keterbatasan fasilitas: AS belum memiliki fasilitas produksi yang setara dengan kompleks industri seperti Foxconn di Zhengzhou, yang mempekerjakan 300.000 orang.

Tim Cook, CEO Apple, pernah menegaskan bahwa alasan perusahaan tetap berproduksi di China bukan hanya karena biaya rendah, tetapi juga karena ketersediaan tenaga kerja berkualitas. "Kami mengandalkan China untuk keterampilan dan kuantitas pekerja yang terlatih," ujarnya pada 2017.

Kasus Mac Pro 2012 menjadi contoh nyata betapa sulitnya memindahkan produksi ke AS. Saat itu, Apple mengalami keterlambatan karena masalah pasokan sekrup. Sebuah perusahaan kecil di AS hanya mampu menyediakan 1.000 sekrup per hari, sementara Apple membutuhkan lebih banyak. Akhirnya, perusahaan terpaksa mengimpor sekrup dari China sembari mencari pemasok lokal yang mampu memenuhi permintaan.

Proyek TSMC di Arizona mungkin menjadi titik terang bagi industri semikonduktor AS. Namun, untuk saat ini, chip paling canggih Apple masih diproduksi di Taiwan. Profesor Tinglong Dai dari Universitas Johns Hopkins menyatakan, "AS memiliki kapasitas produksi komponen smartphone, tetapi bukan yang terbaik di bidangnya." Negara ini masih perlu mengejar ketertinggalan dari China, Jepang dalam hal kamera, dan Korea Selatan dalam teknologi layar.