Indonesia dan Arab Saudi Perkuat Kerja Sama Industri Petrokimia dan Mitigasi Perang Dagang
Jakarta – Pemerintah Indonesia dan Arab Saudi tengah menjajaki peluang kerja sama strategis di sektor industri petrokimia serta upaya bersama dalam menghadapi tantangan perdagangan global. Pertemuan bilateral antara Menteri Perindustrian Indonesia, Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Menteri Industri dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi, Bandar Al-Khorayef, menjadi momentum penting untuk mempererat hubungan ekonomi kedua negara.
Dalam pertemuan tersebut, kedua pihak membahas langkah-langkah konkret untuk mengantisipasi dampak kebijakan perdagangan global, termasuk kebijakan tarif yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat. Menperin Agus menegaskan bahwa kerja sama antara Indonesia dan Arab Saudi dinilai sebagai solusi efektif untuk mengurangi risiko ketidakpastian ekonomi global. "Kami sepakat bahwa penguatan kolaborasi bilateral adalah kunci untuk menghadapi tantangan ini," ujarnya.
Selain isu perdagangan, fokus pembahasan juga mencakup pengembangan industri petrokimia di Indonesia. Arab Saudi, sebagai salah satu produsen minyak terbesar dunia, diharapkan dapat menjadi mitra strategis dalam proyek hilirisasi petrokimia. "Industri petrokimia adalah tulang punggung bagi sektor industri lainnya. Kami melihat potensi besar untuk bekerja sama dengan Arab Saudi dalam pengembangan rantai nilai ini," tambah Agus.
Berikut beberapa poin penting yang dibahas dalam pertemuan tersebut: - Potensi kerja sama hilirisasi petrokimia antara Indonesia dan Arab Saudi. - Strategi mitigasi dampak perang dagang melalui kebijakan bersama. - Peningkatan nilai perdagangan bilateral, yang saat ini masih tergolong rendah dibandingkan potensi yang dimiliki. - Pertukaran pengetahuan dan teknologi di sektor industri dan pengolahan mineral.
Nilai perdagangan antara Indonesia dan Arab Saudi pada tahun lalu tercatat sebesar 3,3 miliar dolar AS, angka yang dinilai masih jauh di bawah potensi sesungguhnya. Kedua negara memiliki keunggulan komplementer, di mana Arab Saudi baru memulai program industrialisasi, sementara Indonesia telah memiliki pengalaman panjang dalam membangun industri domestik. "Ini bisa menjadi model kolaborasi yang saling menguntungkan," tegas Menperin Agus.