Faktor Multidimensi Penyebab Rendahnya Kemampuan Literasi Siswa SMP di Buleleng

Buleleng – Sebanyak 363 siswa sekolah menengah pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng, Bali, menghadapi tantangan serius dalam kemampuan literasi dasar. Data terbaru menunjukkan, 155 siswa masuk dalam kategori Tidak Bisa Membaca (TBM), sementara 208 lainnya tergolong Tidak Lancar Membaca (TLM). Fenomena ini memicu keprihatinan di kalangan pemangku kepentingan pendidikan setempat.

Analisis dari Dinas Pendidikan Buleleng mengungkap kompleksitas penyebabnya, yang meliputi:

  • Faktor Psikologis: Trauma masa kecil akibat kekerasan domestik, perceraian orang tua, atau kehilangan anggota keluarga berdampak signifikan pada perkembangan kognitif siswa.
  • Dampak Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ): Efek residual sistem pendidikan daring selama pandemi memperlebar kesenjangan literasi, terutama bagi siswa yang minim pendampingan.
  • Peran Keluarga: Kurangnya keterlibatan orang tua dalam memotivasi anak belajar turut memperparah situasi.
  • Gangguan Belajar: Kondisi seperti disleksia dan disabilitas kerap tidak terdeteksi secara dini, menghambat proses pembelajaran.

Ketua Dewan Pendidikan Buleleng, I Made Sedana, menambahkan bahwa budaya digital yang tidak terkendali menjadi variabel kritis. "Dominasi media sosial dan game non-edukatif menggeser minat baca-tulis. Ironisnya, banyak siswa yang fasih mengetik di ponsel tetapi gagal menulis secara manual," ujarnya. Fenomena ini, menurut Sedana, mencerminkan erosi keterampilan dasar akibat kurangnya latihan struktural.

Selain itu, kesalahpahaman implementasi kurikulum merdeka dan kekhawatiran berlebihan dari tenaga pendidik turut berkontribusi. "Pemahaman yang keliru tentang fleksibilitas kurikulum justru menciptakan celah dalam penilaian kemampuan siswa," jelas Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Buleleng, Putu Ariadi Pribadi.