Siklon Tropis Errol Picu Cuaca Ekstrem di Kawasan Nusa Tenggara dan Perairan Sekitarnya
Siklon Tropis Errol yang terbentuk dari bibit siklon 96S terus dipantau oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Sistem cuaca ini terdeteksi bergerak di sekitar Laut Timor dengan kecepatan angin maksimum mencapai 65 km/jam dan tekanan udara minimum 999 hPa. Meski menjauhi wilayah Indonesia, dampak tidak langsungnya masih terasa dalam bentuk cuaca ekstrem dan gelombang tinggi.
Dampak Cuaca dan Gelombang Laut
Beberapa wilayah di Indonesia diperkirakan mengalami hujan sedang hingga lebat, terutama di: - Nusa Tenggara Timur (NTT): Pulau Sumba, Pulau Sawu, Pulau Timor, dan Pulau Rote.
Sementara itu, perairan di sekitar NTT juga menghadapi risiko gelombang tinggi dengan ketinggian bervariasi: - 1,25–2,5 meter (sedang): Perairan selatan Flores, Kupang-Pulau Rote, selatan Pulau Sabu, dan Laut Sawu. - 2,5–4 meter (tinggi): Samudra Hindia selatan NTT.
Riwayat Siklon Tropis Errol
Siklon ini bukan fenomena baru. Berdasarkan catatan Bureau of Meteorology (BoM) Australia, Errol pertama kali terdeteksi pada Januari 1982 sebagai tekanan rendah tropis di Laut Timor. Sistem ini sempat memicu siklon Chris dan Daphne sebelum akhirnya melemah. Kehadirannya kembali terpantau pada 1991, 2022, dan terakhir April 2025.
Di Australia, Errol membawa angin kencang hingga 155 km/jam, memicu kekhawatiran di wilayah pesisir Kimberley dan Pilbara. Ahli meteorologi memprediksi siklon ini akan melemah dalam beberapa hari ke depan, tetapi masyarakat diimbau tetap waspada terhadap potensi banjir dan angin kencang.
Ancaman Tambahan: Bibit Siklon 97S
Selain Errol, BMKG juga memantau bibit siklon 97S di Laut Arafuru, dengan kecepatan angin 46 km/jam. Meski berpotensi mereda, bibit siklon ini masih berisiko menyebabkan: - Hujan lebat di Maluku bagian selatan dan Papua selatan. - Gelombang sedang di perairan Kepulauan Aru, selatan Kepulauan Tanimbar, dan Laut Arafuru.