Inovasi Teknologi Mobil Hidrogen: Masa Depan Transportasi Ramah Lingkungan

Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah strategis dengan menyusun peta jalan pengembangan hidrogen dan amonia sebagai bahan bakar alternatif. Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong adopsi teknologi ramah lingkungan di berbagai sektor, termasuk industri otomotif. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia secara resmi meluncurkan roadmap tersebut dalam acara Global Hydrogen Ecosystem 2025 yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center.

Teknologi kendaraan hidrogen atau Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) bekerja dengan prinsip konversi energi elektrokimia. Menurut Hary Devianto dari Indonesia Fuel Cell and Hydrogen Energy (IFHE), sistem ini mengubah hidrogen dan oksigen menjadi listrik melalui proses elektrolisis. Proses ini terjadi dalam fuel cell yang terdiri dari elektroda dan larutan elektrolit. Hasil samping dari reaksi kimia ini hanya berupa air dan panas, menjadikannya solusi transportasi bebas emisi.

Berikut mekanisme kerja mobil hidrogen secara detail: - Hidrogen disimpan dalam tangki bertekanan tinggi di dalam kendaraan - Oksigen diambil dari udara sekitar melalui sistem intake - Kedua elemen ini bereaksi dalam fuel cell menghasilkan listrik - Energi listrik langsung menggerakkan motor elektrik atau disimpan dalam baterai kecil - Sistem regenerative braking menangkap energi kinetik saat pengereman

Indra Chandra Setiawan dari Toyota Motor Manufacturing Indonesia menjelaskan keunggulan praktis teknologi ini. "Proses pengisian bahan bakar hidrogen hanya membutuhkan waktu sekitar tiga menit, hampir sama cepat dengan pengisian BBM konvensional," ujarnya. Selain itu, sistem penyimpanan energi dalam bentuk gas hidrogen memberikan kepadatan energi yang lebih tinggi dibanding baterai konvensional.