Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025 Mengalami Koreksi Akibat Kebijakan Tarif Global

Lembaga riset ekonomi AMRO (Asean+3 Macroeconomic Research Office) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 akan mengalami perlambatan menjadi 5%, lebih rendah dari target pemerintah sebesar 5,2%. Koreksi ini muncul sebagai dampak dari meningkatnya ketegangan perdagangan global, terutama setelah pengumuman kebijakan tarif resiprokal oleh pemerintahan Amerika Serikat.

Dalam laporan terbaru bertajuk Asean+3 Regional Economic Outlook (AREO) 2025, AMRO menyoroti ketahanan ekonomi kawasan ASEAN+3 di tengah gejolak perdagangan internasional. Meski menghadapi tantangan signifikan, perekonomian regional dinilai lebih tangguh dan terdiversifikasi dibandingkan periode krisis sebelumnya. Konsumsi rumah tangga yang stabil, belanja pemerintah yang meningkat, serta penguatan investasi menjadi faktor pendukung utama pertumbuhan domestik.

Beberapa poin kunci dalam laporan AMRO: - Pemulihan ekspor berjalan bertahap, terutama untuk produk manufaktur yang ditujukan ke pasar AS, ASEAN, dan Eropa - Ekspor komoditas masih menghadapi tekanan akibat melemahnya permintaan dari China dan penurunan produksi domestik - Prospek jangka pendek rentan terhadap gejolak eksternal, termasuk perlambatan ekonomi mitra dagang utama - Kebijakan proteksionis yang agresif berpotensi memperburuk iklim perdagangan global

AMRO juga mengingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil di kisaran 5% masih belum memadai untuk mencapai target menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2045. Dibutuhkan akselerasi hingga 7% secara berkelanjutan untuk mewujudkan ambisi tersebut.

Secara keseluruhan, kawasan ASEAN+3 diproyeksikan tumbuh di atas 4% pada 2025-2026, didorong oleh permintaan domestik yang kuat dan inflasi yang terkendali. Namun, kebijakan tarif AS telah menciptakan ketidakpastian yang berpotensi menekan pertumbuhan regional hingga di bawah 4% pada 2025 dan 3,4% di tahun berikutnya.