Gejolak Rupiah Terhadap Dolar AS di Tengah Ketegangan Perdagangan Global

Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan tren pelemahan pada sesi perdagangan Rabu (16/4/2025). Berdasarkan data pasar, mata uang Indonesia tercatat berada pada posisi Rp16.837 per dolar AS, mengalami penurunan tipis sebesar 0,06 persen dari penutupan sebelumnya. Kondisi ini melanjutkan tren negatif dari hari sebelumnya di mana rupiah telah melemah 0,24 persen.

Di tengah pelemahan rupiah, sebagian besar mata uang Asia justru menunjukkan penguatan terhadap dolar AS. Berikut perbandingan performa mata uang regional:

  • Won Korea Selatan menguat 0,48 persen
  • Yuan China naik 0,02 persen
  • Yen Jepang meningkat 0,34 persen
  • Peso Filipina menguat 0,49 persen

Sementara itu, Bank Indonesia mencatat kurs referensi Jisdor pada level Rp16.845 per dolar AS, lebih lemah dibandingkan posisi penutupan kemarin sebesar Rp16.815.

Para analis pasar menyoroti bahwa ketidakpastian kebijakan perdagangan global menjadi faktor utama tekanan terhadap rupiah. "Penguatan dolar AS dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap eskalasi perang dagang, khususnya antara AS dan China," jelas Ariston Tjendra, pakar pasar uang dari PT Doo Financial Futures.

Ketegangan perdagangan semakin memanas setelah China menginstruksikan maskapai penerbangannya untuk menunda penerimaan pesawat Boeing. Langkah ini merupakan respons atas keputusan AS yang memberlakukan tarif impor hingga 145 persen untuk produk-produk China. Di sisi lain, pemerintahan AS sedang mempertimbangkan kebijakan tarif berbeda untuk berbagai produk impor, termasuk:

  • Pengecualian tarif 25 persen untuk kendaraan dari Meksiko dan Kanada
  • Pembebasan tarif untuk produk elektronik tertentu asal China
  • Penerapan tarif untuk komoditas semikonduktor dan farmasi

Pasar keuangan global saat ini berada dalam kondisi menunggu kepastian dari Washington mengenai kebijakan tarif impor tersebut. Menurut para ahli, volatilitas rupiah diperkirakan akan terus berlanjut hingga ada kejelasan kebijakan dari pemerintah AS.