Pemerintah Provinsi Jakarta Lakukan Evaluasi Menyeluruh terhadap Kinerja BUMD

Jakarta – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah melakukan evaluasi komprehensif terhadap seluruh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di bawah naungannya. Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa setiap perusahaan daerah beroperasi secara profesional dan memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian wilayah.

Menurut Chico Hakim, Staf Khusus Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta Bidang Komunikasi Publik, evaluasi ini mencakup seluruh aspek operasional, termasuk pembukuan, manajemen, serta kinerja keuangan. "Kami sedang mempelajari semua BUMD, bukan hanya Bank DKI. Setiap perusahaan harus dikelola dengan transparan dan akuntabel," tegas Chico dalam keterangannya di Balai Kota Jakarta, Rabu (16/4/2025).

Berikut beberapa poin penting yang menjadi fokus evaluasi:

  • Kinerja Keuangan: Identifikasi BUMD yang mengalami kerugian berkelanjutan dan penyebabnya.
  • Manajemen SDM: Penempatan direksi berdasarkan kompetensi, bukan pertimbangan politik.
  • Efisiensi Operasional: Peningkatan sistem teknologi informasi untuk mendukung layanan publik.

Chico juga menegaskan bahwa Gubernur Pramono Anung tidak akan mentolerir praktik nepotisme dalam penunjukan jajaran direksi. "Tidak boleh ada lagi direksi yang diangkat karena faktor titipan. Ini adalah aset daerah yang harus dikelola secara profesional," ujarnya.

Sementara itu, Bank DKI menjadi sorotan utama setelah mengalami gangguan layanan digital berulang, termasuk pada malam takbiran 30 Maret 2025. Akibat insiden tersebut, Gubernur Pramono mengambil tindakan tegas dengan mencopot Amirul Wicaksono dari posisi Direktur Teknologi dan Operasional. "Ini sudah kali ketiga terjadi. Kami tidak bisa mengabaikan kelalaian yang berdampak pada nasabah," jelas Pramono.

Selain restrukturisasi manajemen, Pemerintah Provinsi Jakarta juga mempertimbangkan perubahan nama Bank DKI untuk menyesuaikan dengan status baru Jakarta yang tidak lagi menjadi ibu kota negara. Beberapa opsi nama yang sedang dibahas antara lain Bank Jakarta, Bank Betawi, atau nama yang lebih global. "Kami sedang memikirkan identitas baru yang lebih relevan dengan visi ke depan," tambah Pramono.