Laba Bersih Hero Global Investment Meroket 44,9 Persen di Tahun 2024
PT Hero Global Investment Tbk (HGII), perusahaan yang bergerak di bidang energi baru terbarukan (EBT), mengumumkan pencapaian kinerja keuangan yang signifikan untuk tahun buku 2024. Emiten ini berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang substansial, menandakan fundamental bisnis yang semakin solid.
Laba bersih HGII pada tahun 2024 mencapai Rp 37,8 miliar, melonjak sebesar 44,9 persen dibandingkan dengan perolehan laba tahun sebelumnya yang sebesar Rp 26,1 miliar. Peningkatan laba ini menunjukkan efektivitas strategi perusahaan dalam mengoptimalkan operasional dan memanfaatkan peluang di sektor EBT yang terus berkembang.
Meskipun pendapatan perusahaan mengalami sedikit penurunan dari Rp 103,18 miliar menjadi Rp 95,29 miliar, HGII berhasil meningkatkan efisiensi operasional. Hal ini tercermin dari peningkatan laba kotor sebesar 15,2 persen, mencapai Rp 81,9 miliar.
Direktur Utama HGII, Robin Sunyoto, menyampaikan bahwa perusahaan melihat potensi besar untuk berperan dalam rantai nilai penyediaan energi rendah karbon. Dengan model bisnis yang adaptif dan fokus pada investasi berkelanjutan, HGII siap menjadi investor dan operator dalam proyek-proyek EBT, baik melalui kemitraan strategis maupun pengembangan proyek mandiri.
"Kami melihat bahwa bisnis energi terbarukan saat ini memiliki skema yang semakin matang. Dukungan kebijakan pemerintah, jaminan pembelian listrik jangka panjang oleh PLN, serta ketersediaan pendanaan dari lembaga keuangan lokal dan internasional, menjadikan proyek-proyek EBT tidak hanya layak secara teknis, tetapi juga menarik secara finansial," ujar Robin.
Robin menambahkan, kombinasi dukungan kebijakan, kebutuhan energi nasional yang meningkat, serta kemampuan finansial yang kuat, menempatkan HGII pada posisi yang strategis untuk menjadi pemain utama dalam sektor EBT di Indonesia. Hal ini sejalan dengan komitmen perusahaan untuk mendukung agenda pembangunan berkelanjutan.
Percepatan transisi energi nasional menjadi fokus utama pemerintah, yang tercermin dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034. RUPTL ini menjadi acuan investasi jangka panjang di sektor energi, dengan target penambahan kapasitas pembangkit sebesar 71 gigawatt (GW) hingga tahun 2034. Porsi EBT diharapkan mencapai 70 persen dari total kapasitas baru, termasuk:
- 17 GW tenaga surya
- 16 GW tenaga hidro
- 5,2 GW panas bumi
Investasi yang dibutuhkan untuk mencapai target tersebut diperkirakan mencapai Rp 2.400 triliun, dengan skema Independent Power Producer (IPP) yang membuka peluang partisipasi swasta hingga 60 persen.
"Kondisi ini menciptakan ekosistem bisnis yang kondusif, terutama di sektor EBT yang menawarkan solusi pembangkitan listrik berbasis sumber daya alam yang bersih dan terbarukan," pungkas Robin.