Kabut Asap dan Debu Cemari Udara di Sekitar Gunung Rushmore, Wisatawan Waspada!

Kualitas udara di sekitar kawasan wisata Gunung Rushmore, Amerika Serikat, dilaporkan menurun drastis, menimbulkan kekhawatiran bagi kesehatan wisatawan yang berkunjung. Data terbaru dari Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Dataran Besar, termasuk area di sekitar monumen ikonik tersebut, kini berada dalam kategori "tidak sehat".

Beberapa lokasi wisata populer yang berdekatan dengan Gunung Rushmore, seperti Taman Nasional Badlands dan Suaka Margasatwa Nasional Lacreek, menjadi wilayah yang paling terdampak. Jarak kedua lokasi ini masing-masing sekitar 120 kilometer dan 225 kilometer dari Gunung Rushmore. Kondisi ini menjadi perhatian serius karena kedua tempat tersebut merupakan destinasi favorit para pelancong yang singgah di Rapid City, South Dakota.

Pada pertengahan April, indeks kualitas udara (AQI) di beberapa titik bahkan mencapai angka antara 151 hingga 200, yang menempatkan wilayah tersebut dalam zona merah. Tingkat polusi ini mengindikasikan bahwa udara dapat membahayakan kesehatan semua orang, terutama kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan individu dengan masalah pernapasan. Sebagai contoh, pada hari tertentu, wilayah sekitar Badlands mencatat AQI sekitar 161. Suaka Margasatwa Lacreek dan area di sebelah baratnya, termasuk Cagar Alam Pine Ridge, juga mengalami kondisi serupa.

Bahkan, jalur yang umum dilalui wisatawan dari arah timur menuju Gunung Rushmore dilaporkan melintasi area dengan kualitas udara yang buruk. Meskipun sempat membaik pada hari berikutnya, dengan AQI Badlands turun menjadi 36 (kategori baik) dan Rapid City mencatat angka yang lebih rendah (14), kewaspadaan tetap diperlukan.

Zona oranye (AQI 101-151), yang menunjukkan risiko sedang, membentang luas dari selatan Sungai North Loup di Nebraska hingga wilayah Faith di South Dakota. Meskipun tidak separah zona merah, kualitas udara di wilayah ini tetap berisiko bagi kelompok sensitif.

Ahli cuaca dari AccuWeather, Elizabeth Danco, menjelaskan bahwa kondisi buruk ini kemungkinan besar disebabkan oleh kombinasi debu, asap kendaraan, dan hembusan angin kencang. Angin dapat membawa partikel polutan ke udara dan menyebarkannya ke area yang lebih luas. Rendahnya tingkat kelembapan di wilayah tersebut juga memperparah situasi. Kombinasi angin kencang dan udara kering dapat memicu atau memperburuk kebakaran hutan, yang tentunya berdampak negatif pada kualitas udara.

Dampak yang perlu diwaspadai:

  • Iritasi pernapasan: Polusi udara dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, seperti batuk, sesak napas, dan sakit tenggorokan.
  • Memperburuk kondisi pernapasan: Bagi individu dengan penyakit pernapasan seperti asma atau PPOK, polusi udara dapat memicu serangan atau memperburuk gejala.
  • Risiko kardiovaskular: Paparan polusi udara dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

Rekomendasi bagi wisatawan:

  • Pantau kualitas udara: Periksa secara berkala indeks kualitas udara (AQI) di wilayah yang akan dikunjungi.
  • Hindari aktivitas berat di luar ruangan: Jika kualitas udara buruk, batasi aktivitas fisik di luar ruangan.
  • Gunakan masker: Masker N95 dapat membantu menyaring partikel polutan dari udara.
  • Jaga hidrasi: Minum banyak air dapat membantu menjaga saluran pernapasan tetap lembab.
  • Konsultasikan dengan dokter: Jika Anda memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya, konsultasikan dengan dokter sebelum bepergian ke wilayah dengan kualitas udara buruk.