Tarif Impor Farmasi AS: Ancaman Kekurangan Obat dan Kenaikan Harga Mengintai

Kekhawatiran melanda industri farmasi Amerika Serikat seiring dengan potensi penerapan tarif impor yang tinggi oleh pemerintah. Langkah ini dikhawatirkan akan memicu krisis kekurangan obat generik dan melambungkan harga obat-obatan, membebani pasien dan sistem kesehatan secara keseluruhan.

Industri obat generik, yang telah bergulat dengan persaingan ketat dan margin keuntungan yang terbatas, kini menghadapi tantangan baru yang signifikan. Tarif impor yang lebih tinggi dapat menggerogoti kemampuan produsen untuk beroperasi secara berkelanjutan di pasar AS, yang pada gilirannya dapat memperburuk kerentanan pasokan obat.

"Perusahaan dengan kondisi keuangan yang rapuh berpotensi kesulitan memasok produk mereka ke AS, memperparah masalah kekurangan obat," ungkap John Murphy III, CEO Association for Accessible Medicines.

Data dari American Society of Health-System Pharmacists menunjukkan bahwa saat ini terdapat 270 jenis obat yang mengalami kekurangan di AS, dengan antibiotik menjadi perhatian utama. Meskipun angka ini telah menurun dari rekor tertinggi 323 obat pada awal 2024, situasi ini tetap mengkhawatirkan.

Menurut Rena Conti, profesor madya di Sekolah Bisnis Questrom Universitas Boston, sekitar 40% obat generik hanya diproduksi oleh satu atau dua perusahaan. Kondisi ini menciptakan rantai pasokan yang sangat rentan. Kehilangan satu produsen saja dapat menyebabkan kesulitan dalam mendapatkan obat dan menimbulkan masalah bagi apotek dan rumah sakit. Jika banyak produsen menghentikan produksi, harga obat berpotensi melonjak secara signifikan.

Kondisi ini dapat memaksa pasien untuk berjuang mencari apotek yang dapat memenuhi resep mereka. Meskipun apotek biasanya memiliki persediaan yang cukup, dampak jangka panjang dari kekurangan obat dapat sangat dirasakan oleh konsumen.

Obat generik memegang peranan penting dalam sistem kesehatan AS, mencakup sekitar 90% dari resep obat yang dikeluarkan. Kenaikan harga obat generik dapat membebani jutaan orang Amerika, terutama mereka yang memiliki pendapatan rendah atau penyakit kronis.

Arthur Wong, direktur pelaksana praktik perawatan kesehatan AS di S&P Global, memperingatkan bahwa "Rasa sakit pada akhirnya akan ditanggung oleh konsumen, oleh pasien."

Berikut adalah beberapa potensi dampak dari tarif impor obat:

  • Kenaikan Harga Obat: Tarif impor akan meningkatkan biaya produksi obat, yang kemungkinan akan diteruskan ke konsumen.
  • Kekurangan Obat: Produsen yang kesulitan menanggung biaya tambahan mungkin akan mengurangi atau menghentikan produksi obat tertentu, menyebabkan kekurangan pasokan.
  • Akses Terbatas ke Obat: Pasien mungkin akan kesulitan menemukan apotek yang menyediakan obat yang mereka butuhkan, terutama di daerah pedesaan atau terpencil.
  • Beban Ekonomi pada Pasien: Kenaikan harga obat dapat membebani keuangan pasien, memaksa mereka untuk memilih antara obat-obatan dan kebutuhan dasar lainnya.

Pemerintah AS perlu mempertimbangkan dengan cermat konsekuensi dari kebijakan tarif impor obat dan mencari solusi yang tidak membahayakan akses pasien terhadap obat-obatan yang terjangkau.