WTO: Eskalasi Perang Dagang Ancam Pertumbuhan Ekonomi Global dan AS
Perang Dagang Picu Perlambatan Ekonomi Global
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengeluarkan peringatan keras terkait dampak negatif dari perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif yang diterapkan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump. Dalam laporan terbarunya, WTO memprediksi bahwa eskalasi perang dagang akan memberikan pukulan telak bagi pertumbuhan ekonomi global tahun ini, termasuk bagi perekonomian Amerika Serikat sendiri.
Laporan WTO menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan melambat secara signifikan dibandingkan dengan proyeksi jika tidak ada hambatan tarif. Dampak perlambatan ini diperkirakan akan paling terasa di kawasan Amerika Utara, yang didominasi oleh AS.
"Serangkaian tarif baru yang diberlakukan oleh Trump dan tindakan balasan oleh negara-negara lain telah memperburuk prospek perdagangan global secara dramatis," demikian pernyataan WTO dalam laporannya.
WTO memperkirakan bahwa total perdagangan global akan menyusut sebesar 0,2 persen. Angka ini sangat kontras dengan perkiraan pertumbuhan sebesar 2,7 persen jika tidak ada kebijakan tarif tambahan.
Ekonomi global dan kesejahteraan masyarakat sangat bergantung pada kelancaran perdagangan barang dan jasa antar negara. Kontraksi ekonomi dapat menyebabkan hilangnya lapangan kerja, kesulitan keuangan bagi masyarakat, dan keputusan sulit terkait pengeluaran bagi perusahaan dan pemerintah.
WTO memproyeksikan bahwa output ekonomi global hanya akan tumbuh sebesar 2,2 persen tahun ini. Angka ini lebih rendah 0,6 poin persentase dibandingkan dengan proyeksi WTO dalam skenario tanpa tarif tambahan.
Di Amerika Utara, output ekonomi diperkirakan akan berada 1,6 poin persentase di bawah potensi yang seharusnya.
Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional, sebelumnya juga telah menyampaikan kekhawatiran serupa. Ia mencatat bahwa lebih dari satu miliar orang berhasil keluar dari kemiskinan ekstrem dalam 40 tahun terakhir berkat pesatnya pertumbuhan perdagangan global.
Dampak Tarif Balasan dan Ketidakpastian Kebijakan
WTO juga memperingatkan bahwa jika Trump terus melanjutkan kebijakan tarif resiprokal terhadap mitra dagang AS setelah jeda 90 hari, dan ditambah dengan ketidakpastian umum tentang kebijakan perdagangan, maka volume barang yang diperdagangkan secara global dapat menyusut lebih tajam, mencapai 1,5 persen.
Namun, perlu dicatat bahwa Trump telah mengecualikan China dari jeda tersebut. China saat ini dikenakan tarif balasan sebesar 125 persen atas barang-barang yang diekspor ke Amerika Serikat, di samping tarif menyeluruh sebesar 20 persen yang baru-baru ini diberlakukan oleh Trump atas produk-produk mereka. Dengan demikian, AS menerapkan tarif impor total sebesar 245 persen terhadap barang-barang dari China.
Salah satu konsekuensi dari kebijakan ini, menurut WTO, adalah bahwa China dapat mengalihkan produk-produk yang semula ditujukan untuk pasar AS ke negara-negara lain. WTO memperkirakan bahwa ekspor barang-barang China akan meningkat antara 4 hingga 9 persen di seluruh wilayah di luar Amerika Utara tahun ini. Hal ini berpotensi meningkatkan persaingan di pasar-pasar tersebut.
WTO menekankan bahwa ketidakpastian seputar perdagangan global cenderung membebani ekonomi global. "Ketika ketidakpastian seputar tarif atau hubungan perdagangan di masa depan meningkat, perusahaan-perusahaan dapat menunda atau mengurangi investasi. Hal ini, pada gilirannya, mengurangi arus perdagangan dan pada akhirnya memperlambat pertumbuhan ekonomi," kata lembaga tersebut.
Berikut adalah beberapa poin penting dari laporan WTO:
- Perang dagang akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan AS.
- Perdagangan global diperkirakan menyusut 0,2 persen akibat tarif.
- Ketidakpastian kebijakan perdagangan menghambat investasi dan pertumbuhan.
- China dapat mengalihkan ekspor ke pasar lain.