Indonesia Dorong Pariwisata Berkelanjutan di Asia Pasifik dengan Investasi Hijau dan Ekonomi Sirkular

Indonesia tengah berupaya memantapkan posisinya sebagai pelopor pariwisata berkelanjutan di kawasan Asia Pasifik. Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana, menekankan bahwa keberhasilan sektor pariwisata di masa depan, tidak hanya untuk Indonesia, tetapi juga untuk wilayah Asia Timur, Pasifik, dan Asia Selatan, bergantung pada dua faktor utama.

Dalam pertemuan Joint Commission Meeting untuk Komisi UN Tourism untuk Asia Timur dan Pasifik (CAP) dan Komisi UN Tourism untuk Asia Selatan (CSA) ke-37 di Jakarta, Widiyanti menyatakan bahwa investasi hijau dan ekonomi sirkular adalah kunci utama. "Investasi hijau memiliki potensi yang sangat besar. Tidak hanya melindungi alam dan budaya kita, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang," ujarnya.

Asia Pasifik saat ini menjadi pusat perhatian investasi global. Laporan dari United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) dan UN Tourism menunjukkan bahwa kawasan ini menyumbang hampir separuh dari total arus investasi asing langsung (FDI) dunia. Di sektor pariwisata sendiri, tercatat 642 proyek greenfield dengan nilai mencapai 66,4 miliar dolar AS antara tahun 2018 hingga 2024.

Ekonomi sirkular dipandang sebagai pengubah permainan (game changer) dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan. Widiyanti menjelaskan bahwa sistem ini mendorong efisiensi melalui pengurangan limbah, peningkatan daur ulang, dan menciptakan rantai pasok pariwisata yang lebih ramah lingkungan.

"Investasi hijau menawarkan potensi besar untuk melindungi ekosistem dan warisan budaya kita, meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan memberikan manfaat bagi masyarakat dalam jangka panjang," tegas Widiyanti. Pernyataan ini sejalan dengan pandangan UN Tourism, yang menjadikan konferensi tersebut sebagai wadah untuk bertukar ide dan praktik terbaik terkait kebijakan sirkular. Tujuannya adalah untuk menghasilkan kolaborasi konkret dan kebijakan yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga menarik secara ekonomi.

Sebagai langkah nyata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersama UN Tourism meluncurkan Tourism Doing Business: Investing in Indonesia, sebuah panduan investasi pariwisata pertama di Asia Pasifik.

Sekretaris Jenderal UN Tourism, Zurab Pololikashvili, menyatakan, "Indonesia memiliki banyak hal untuk ditawarkan. Potensinya besar, lokasinya strategis, dan keragaman budayanya menjadi nilai jual yang tak ternilai."

Direktur Eksekutif UN Tourism, Natalia Bayona, menambahkan bahwa dokumen ini bukan sekadar promosi, melainkan panduan teknis yang komprehensif bagi investor. Panduan ini mencakup data ekonomi, studi kasus, hingga uji tuntas proyek.

"Ini bukan brosur biasa. Ini adalah alat navigasi untuk membuka peluang konkret di Indonesia," tegas Bayona.

Dengan kekayaan alam, budaya, dan panduan investasi hijau yang baru diluncurkan, Indonesia siap menjadi pusat pariwisata masa depan yang tidak hanya menarik, tetapi juga bertanggung jawab.