Eskalasi Perang Dagang: AS Tingkatkan Tarif Impor Terhadap China, Beijing Nyatakan Sikap Tegas

AS Tingkatkan Tekanan Tarif Terhadap China, Beijing Tegaskan Ketidakgentaran

Tensi perdagangan antara Amerika Serikat dan China kembali memanas setelah AS mengumumkan peningkatan tarif impor secara signifikan. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap kebijakan serupa yang diterapkan oleh Beijing, menandai eskalasi lebih lanjut dalam konflik ekonomi antara dua negara adidaya tersebut. Kenaikan tarif yang diumumkan oleh Gedung Putih itu sontak memicu reaksi keras dari Pemerintah China.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dalam pernyataan resminya, menanggapi pertanyaan media terkait alasan di balik peningkatan tarif tersebut dengan meminta agar pertanyaan tersebut ditujukan langsung kepada pemerintah AS. Ia menegaskan bahwa posisi China dalam isu ini sudah jelas dan konsisten. Ia juga memperingatkan bahwa perang tarif tidak akan menghasilkan pemenang, dan bahwa China, meskipun tidak menginginkan eskalasi konflik, tidak akan gentar untuk membela kepentingannya.

"China tidak menginginkan perang dagang, namun kami tidak takut untuk menghadapinya," ujar Lin, seperti dikutip dari China Daily. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa inisiatif perang tarif berasal dari pihak AS, dan tindakan balasan yang diambil oleh China, termasuk penerapan tarif 125%, adalah langkah yang diperlukan untuk menjaga keadilan dan legitimasi dalam perdagangan internasional.

Lin Jian menekankan bahwa tindakan China sepenuhnya "masuk akal dan sah". Ia juga menyampaikan pesan kepada pemerintahan Presiden Donald Trump bahwa jika AS benar-benar berniat menyelesaikan masalah melalui dialog dan negosiasi, maka AS harus menghentikan pendekatan yang bersifat menekan dan mengancam. Ia mendesak agar AS terlibat dalam dialog konstruktif dengan China berdasarkan prinsip kesetaraan, saling menghormati, dan saling menguntungkan.

Keputusan AS untuk meningkatkan tarif impor terhadap China terjadi tak lama setelah China membalas dengan menerapkan tarif terhadap produk-produk AS. Gedung Putih menyatakan bahwa China sekarang menghadapi tarif hingga 245% atas impor ke Amerika Serikat sebagai akibat dari tindakan pembalasan tersebut. Situasi ini menandai babak baru dalam perang dagang yang telah berlangsung lama antara kedua negara, dan dampaknya diperkirakan akan dirasakan secara global.

Kebijakan baru dari Paman Sam ini, yang langsung diprakarsai oleh mantan presiden Donald Trump, berpotensi memperburuk ketegangan ekonomi dan politik antara kedua negara, serta menciptakan ketidakpastian bagi bisnis dan konsumen di seluruh dunia. Masa depan hubungan perdagangan antara AS dan China masih belum pasti, dan banyak pihak berharap agar kedua belah pihak dapat menemukan solusi yang damai dan berkelanjutan untuk mengatasi perbedaan mereka.