Bratalegawa: Kisah Saudagar Galuh yang Diyakini Sebagai Haji Pertama dari Nusantara

Bratalegawa: Jejak Langkah Haji Pertama dari Tanah Sunda?

Sejarah mencatat berbagai nama sebagai pionir ibadah haji dari Nusantara. Salah satunya adalah Bratalegawa, seorang tokoh yang dipercaya sebagai orang Indonesia pertama yang menunaikan rukun Islam kelima ini. Kisah hidupnya terjalin erat dengan sejarah Kerajaan Galuh, sebuah kerajaan yang pernah berjaya di wilayah Ciamis, Jawa Barat.

Bratalegawa dilahirkan pada tahun 1350 Masehi, sebagai putra dari Raja Galuh, Mangkubumi Suradipati atau Prabu Bunisora. Meskipun lahir di lingkungan kerajaan, Bratalegawa lebih tertarik pada dunia perniagaan. Ia tumbuh menjadi seorang saudagar kaya raya yang memiliki jaringan luas hingga ke berbagai belahan dunia.

Sebagai seorang putra raja, Bratalegawa memiliki akses dan keistimewaan yang memungkinkannya untuk menguasai berbagai sumber daya. Ia memiliki banyak kapal dagang, perhiasan, dan properti yang menunjang aktivitas perdagangannya. Kapal-kapal dagangnya berlayar ke berbagai wilayah, termasuk Sumatera, Malaka, China, India, Persia, hingga Semenanjung Arab. Perjalanan dagangnya ini membuka jalan bagi pertemuannya dengan berbagai budaya dan agama, termasuk Islam.

Dalam perjalanannya mengarungi samudera, Bratalegawa bertemu dengan Farhana, seorang putri saudagar kaya dari Gujarat, India, yang beragama Islam. Keduanya kemudian menikah dan bersama-sama melanjutkan perjalanan hingga ke tanah Arab. Di sanalah, menurut beberapa catatan sejarah, Bratalegawa menunaikan ibadah haji di Makkah. Setelah menunaikan haji, ia juga menyempatkan diri untuk mempelajari ilmu pengetahuan di Makkah. Diyakini bahwa setelah itu, Bratalegawa mengubah namanya menjadi Haji Baharuddin al-Jawi.

Sepulangnya ke Ciamis, Bratalegawa dikenal sebagai Haji Purwa Galuh. Kisah hidupnya diabadikan dalam berbagai sumber literasi, termasuk naskah kuno dari Pasundan seperti Carita Parahiyangan dan Naskah Pangeran Wangsakerta.

Kontroversi dan Tokoh Lain yang Diklaim Sebagai Haji Pertama

Namun, klaim bahwa Bratalegawa adalah orang Indonesia pertama yang menunaikan haji tidak sepenuhnya tanpa kontroversi. Beberapa sumber menyebutkan nama lain, seperti Laksamana Malaka (sekitar tahun 1482) dan Pangeran Abdul Dohhar (1630 M), sebagai tokoh yang lebih dulu menunaikan ibadah haji.

Laksamana Malaka, seorang tokoh penting pada masanya, dipercaya telah menunaikan haji pada tahun 1482. Sementara itu, Pangeran Abdul Dohhar, putra dari Sultan Tirtayasa, berangkat ke Makkah pada tahun 1630 bersama rombongan pedagang dan ulama dari Nusantara. Perjalanan ibadah haji pada masa itu memakan waktu hingga dua tahun lamanya.

Ketiga tokoh ini hidup pada masa ketika Indonesia masih berupa kerajaan-kerajaan yang dikenal dengan wilayah Nusantara. Perbedaan klaim mengenai siapa yang pertama kali menunaikan haji menunjukkan kompleksitas sejarah dan keterbatasan sumber informasi yang tersedia. Terlepas dari siapa yang sebenarnya menjadi pionir, kisah-kisah mereka memberikan gambaran tentang perjalanan panjang dan penuh tantangan yang harus ditempuh oleh umat Islam Nusantara untuk menunaikan rukun Islam kelima ini.

Berikut adalah beberapa point penting yang bisa diambil dari berita ini:

  • Bratalegawa, seorang saudagar kaya dari Kerajaan Galuh, dipercaya sebagai salah satu orang Indonesia pertama yang menunaikan ibadah haji.
  • Kisah hidupnya tertulis dalam berbagai sumber literasi kuno dari Pasundan.
  • Terdapat kontroversi mengenai siapa yang sebenarnya menjadi orang Indonesia pertama yang menunaikan haji, dengan nama-nama lain seperti Laksamana Malaka dan Pangeran Abdul Dohhar juga disebut-sebut.
  • Perjalanan ibadah haji pada masa lalu memakan waktu yang sangat lama dan penuh tantangan.