Ular Hijau Ekor Merah: Ancaman Lebih Mematikan dari Kobra?
Ular kobra, dengan reputasinya sebagai salah satu ular paling berbisa di dunia, seringkali dianggap sebagai puncak ancaman reptil. Namun, tahukah Anda bahwa terdapat spesies ular lain, yang meskipun tidak sepopuler kobra, memiliki potensi bahaya yang tak kalah mengerikan, bahkan mungkin lebih mematikan? Ular hijau ekor merah ( Trimeresurus albolabris ), atau yang dikenal juga dengan sebutan ular bangkai kapal, adalah kandidat yang patut diperhitungkan.
Boedi Setiawan, seorang pemerhati satwa liar, mengungkapkan bahwa ular hijau ekor merah memiliki kandungan hemotoksin dalam bisanya, zat yang juga ditemukan pada bisa ular kobra. Hemotoksin ini memiliki efek merusak sel darah merah dan mengganggu proses pembekuan darah. Gigitan ular hijau ekor merah dapat menimbulkan rasa sakit yang hebat, sensasi panas terbakar, serta pembengkakan dan kemerahan di sekitar area gigitan. Lebih lanjut, gigitan ini berpotensi menyebabkan pembengkakan yang meluas, nekrosis (kerusakan jaringan), dan bahkan kematian.
Waktu yang dibutuhkan bisa ular ini untuk menimbulkan dampak fatal terbilang singkat. Dalam beberapa kasus, korban dapat kehilangan nyawa hanya dalam kurun waktu 15 menit jika tidak segera mendapatkan pertolongan medis. Bisa ular yang masuk ke dalam pembuluh darah dapat menyebar ke seluruh tubuh, menyebabkan kerusakan sistemik yang berujung pada kematian.
Sayangnya, hingga saat ini belum tersedia penawar racun (antivenom) yang spesifik untuk bisa ular hijau ekor merah. Namun, korban gigitan ular ini masih memiliki peluang untuk diselamatkan dengan pemberian serum Bio SAVE atau SABU (Serum Anti Bisa Ular) yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero). Proses penyembuhan biasanya memerlukan perawatan intensif selama 5-7 hari dengan pemberian serum tersebut.
Terlepas dari potensi bahayanya, Cak Boeseth, sapaan akrab Boedi Setiawan, menekankan pentingnya menjaga kelestarian ular di alam. Ular berperan sebagai predator alami bagi tikus, burung, dan mamalia kecil lainnya, membantu mengendalikan populasi hama dan menjaga keseimbangan ekosistem. Ular juga menjadi sumber makanan bagi berbagai jenis hewan lain, seperti mamalia, burung pemangsa, dan reptil lainnya.
Oleh karena itu, membunuh ular secara sembarangan dapat berdampak negatif pada ekosistem. Hilangnya ular dapat menyebabkan ledakan populasi tikus, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit dan kerusakan tanaman. Cak Boeseth berharap masyarakat dapat lebih memahami peran penting hewan liar dalam ekosistem dan memperlakukan mereka dengan bijak.
"Kembalikan lagi ke manfaat penciptaan makhluk itu di dunia, manusia sebagai rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam) bagi seluruh alam semesta," pungkasnya.
Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diingat:
- Ular hijau ekor merah memiliki bisa yang mengandung hemotoksin, yang dapat merusak sel darah merah dan mengganggu pembekuan darah.
- Gigitan ular ini dapat menyebabkan rasa sakit, pembengkakan, nekrosis, dan bahkan kematian.
- Belum ada penawar racun yang spesifik untuk bisa ular hijau ekor merah, tetapi serum Bio SAVE atau SABU dapat digunakan untuk membantu penyembuhan.
- Ular berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan tidak boleh dibunuh secara sembarangan.