Dapur Makanan Bergizi Kalibata Kembali Beroperasi Setelah Sempat Terhenti Akibat Dugaan Penyelewengan Dana
Dapur Makanan Bergizi Kalibata Kembali Beroperasi
Setelah sempat terhenti sejak akhir Maret 2025, dapur Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kalibata, Jakarta Selatan, kembali mendistribusikan makanan ke sekolah-sekolah. Pendistribusian ini terpantau dimulai pada Kamis, 17 April 2025.
Pada pukul 08.23 WIB, tim dapur MBG Kalibata terlihat mulai mendistribusikan makanan menggunakan sebuah mobil. Menurut informasi yang dihimpun, proses memasak telah dimulai sejak pukul 01.00 WIB dini hari. Makanan yang telah disiapkan dalam kotak makan stainless dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna merah, sebelum akhirnya diangkut menggunakan mobil menuju SDN 03 Pengadegan.
Pada pukul 09.45 WIB, aktivitas di dapur MBG Kalibata sudah tidak terlihat lagi. Pintu masuk dapur tampak terkunci dan digembok setelah pengiriman makanan ke SDN 03 Pengadegan selesai.
Kepala Sekolah SDN 03 Pengadegan, Yayah Fitriah, mengkonfirmasi bahwa pengiriman MBG sempat terhenti selama beberapa hari. "Dari tanggal 9 April 2025 berhenti, baru jalan lagi sekarang ini," ungkapnya saat ditemui di sekolah.
Yayah menambahkan bahwa SDN 03 Pengadegan menerima pasokan makanan bergizi gratis untuk sekitar 569 siswa. Menu yang disajikan terdiri dari sayur labu, telur orak-arik, tahu, dan minuman Yakult.
Dugaan Penyelewengan Dana Mencapai Hampir Satu Miliar Rupiah
Sebelumnya, mencuat dugaan penyelewengan dana MBG senilai hampir Rp 1 miliar yang melibatkan sebuah yayasan di Jakarta Selatan. Kasus ini terungkap setelah laporan dari Ira Mesra, seorang vendor dapur MBG di Kalibata, kepada Polres Metro Jakarta Selatan.
Ira melaporkan Yayasan Media Berkat Nusantara (MBN) atas dugaan penggelapan dana dengan nomor laporan LP/B/1160/IV/2025/SPKT/Polres Metro Jaksel/Polda Metro Jaya tertanggal 10 April 2025. Kuasa hukum Ira, Danna Harly, menjelaskan bahwa laporan tersebut ditujukan kepada yayasan dan individu yang terkait dengan yayasan tersebut. "Untuk laporan polisi sudah kita serahkan ke Polres Jakarta Selatan. Laporan ditujukan ke yayasan, dan ada perorangan. Masalahnya dari yayasan ini," ujarnya.
Yayasan tersebut diduga tidak menyalurkan dana MBG yang seharusnya digunakan untuk membiayai operasional dapur. Harly mengungkapkan bahwa kliennya telah memasak lebih dari 65.000 porsi makanan, namun belum menerima pembayaran sepeser pun.
Berdasarkan informasi, Yayasan MBN telah menerima transfer dana sebesar Rp 386.500.000 dari Badan Gizi Nasional (BGN), lembaga pemerintah yang mengawasi program MBG. Namun, dana tersebut diduga tidak disalurkan kepada mitra atau vendor yang seharusnya menjalankan kegiatan memasak dan distribusi makanan.
Menurut Harly, seluruh biaya operasional, mulai dari pembelian bahan makanan, sewa tempat, biaya listrik, pengadaan peralatan dapur, kendaraan distribusi, hingga pembayaran juru masak, ditanggung sendiri oleh kliennya tanpa bantuan dari yayasan.
Ironisnya, ketika Ira menagih haknya, pihak yayasan justru mengklaim bahwa Ira masih memiliki kekurangan pembayaran sekitar Rp 45 juta dengan alasan adanya invoice pembelian barang yang belum dipertanggungjawabkan. "Ketika Ibu Ira hendak menagih haknya kepada pihak yayasan, pihak yayasan malah berkata Ibu Ira kekurangan bayar sebesar Rp 45.314.249, dengan dalih adanya invoice-invoice saat di lapangan yang dibeli oleh pihak SPPG atau yayasan," jelas Harly.
Namun, Harly membantah klaim tersebut dan menyatakan bahwa tidak ada satu pun biaya yang dikeluarkan oleh yayasan. Semua biaya dikelola dan dibayar oleh mitra dapur.
Total kerugian yang dialami Ira dalam dua tahap pelaksanaan program MBG ini diperkirakan mencapai Rp 975.375.000. "Sejauh ini total kerugian dari Ibu Ira itu adalah Rp 975.375.000, baru dua tahap. Makanya kita sekarang coba ngomong ke masyarakat supaya pemerintah aware. Baru dua tahap saja sudah seperti ini, berarti sudah harus ada pembenahan dalam pelaksanaan MBG supaya ke depan tidak lagi seperti ini," pungkas Harly.