TNI Tegaskan Netralitas dalam Diskusi Kampus UIN Walisongo, Semarang
Markas Besar TNI memberikan klarifikasi terkait insiden kehadiran personel berseragam dalam sebuah diskusi mahasiswa di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang. TNI menegaskan bahwa kehadiran anggotanya tidak bermaksud untuk mengintervensi atau mencampuri urusan internal kampus, melainkan bagian dari tugas rutin pengawasan wilayah.
Brigadir Jenderal Kristomei Sianturi, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, menjelaskan bahwa personel yang hadir adalah Sersan Satu (Sertu) Rokiman, seorang Bintara Pembina Desa (Babinsa) dari Koramil Ngaliyan, Kelurahan Tambak Aji. Kehadiran Sertu Rokiman di sekitar kampus UIN Walisongo pada Senin, 14 April 2025 lalu, merupakan bagian dari tugas rutinnya sebagai aparat teritorial yang bertugas memantau berbagai kejadian di wilayah tanggung jawabnya.
"TNI sangat menghormati kebebasan akademik di lingkungan pendidikan dan tidak memiliki kepentingan untuk mencampuri urusan internal kampus," tegas Kapuspen TNI, Kamis, 17 April 2025.
Menurut Kristomei, kehadiran Sertu Rokiman dipicu oleh beredarnya pamflet undangan diskusi yang bersifat terbuka untuk umum. Hal ini mendorong Sertu Rokiman untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai kegiatan tersebut sebagai bagian dari tugasnya dalam memonitor situasi dan kondisi di wilayahnya. Kegiatan monitoring ini meliputi berbagai aspek, mulai dari potensi gangguan keamanan, bencana alam, hingga kegiatan sosial kemasyarakatan. Kapuspen juga menegaskan bahwa Sertu Rokiman tidak memasuki area diskusi dan hanya berada di luar kampus.
"Tidak ada intervensi atau upaya dalam bentuk apa pun untuk menghentikan atau mempengaruhi kegiatan diskusi," ujarnya.
Kristomei juga membantah klaim bahwa Sertu Rokiman memanggil mahasiswa keluar kampus untuk menemuinya. Ia menjelaskan bahwa Sertu Rokiman hanya berkomunikasi dengan petugas keamanan kampus. Selain itu, Kapuspen TNI juga memberikan klarifikasi mengenai keberadaan seorang pria berpakaian preman yang sempat disebut sebagai intelijen. Kristomei memastikan bahwa individu tersebut bukan anggota TNI.
Sebelumnya, diskusi yang diselenggarakan oleh Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW) bersama Forum Teori dan Praksis Sosial (FTPS) dengan tema “Fasisme Mengancam Kampus: Bayang-Bayang Militer bagi Kebebasan Akademik” di Kampus 3 UIN Walisongo, diwarnai dengan kehadiran seorang pria tak dikenal yang tiba-tiba ingin mengikuti forum. Rektor KSMW, Ryan Wisnal, menyatakan bahwa kehadiran pria tersebut membuat para peserta diskusi terkejut. Setelah pria tersebut pergi, dua orang berseragam TNI muncul dan menanyakan identitas peserta diskusi serta tema yang sedang dibahas. Insiden ini kemudian memicu berbagai spekulasi dan pertanyaan mengenai peran TNI di lingkungan kampus.
TNI sendiri secara konsisten menyatakan komitmennya untuk menjaga netralitas dan tidak terlibat dalam urusan politik praktis. TNI juga menghormati kebebasan akademik dan otonomi perguruan tinggi. Kehadiran Babinsa di wilayah kampus merupakan bagian dari upaya menjaga keamanan dan ketertiban, serta memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat. Insiden di UIN Walisongo ini menjadi momentum bagi TNI untuk kembali menegaskan komitmennya tersebut dan menjalin komunikasi yang lebih baik dengan pihak kampus.
- TNI Memastikan tidak akan ada intervensi dalam urusan kampus.
- TNI berkomitmen menjaga keamanan dan ketertiban.
- Kehadiran Babinsa di wilayah kampus merupakan bagian dari upaya menjaga keamanan dan ketertiban.