Isu Perpecahan Internal PDI-P Ditepis, Kongres VI Tertunda Akibat Konsolidasi
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) membantah isu perpecahan internal yang belakangan santer terdengar. Bantahan ini disampaikan oleh Ketua DPP PDI-P, Yasonna H Laoly, menepis anggapan bahwa terdapat dua faksi yang saling berseberangan di dalam tubuh partai berlambang banteng tersebut.
Yasonna juga menampik kaitan antara isu perpecahan dengan penundaan jadwal Kongres VI PDI-P. Menurutnya, penundaan tersebut murni disebabkan oleh proses konsolidasi internal yang masih berlangsung. Ia menegaskan bahwa PDI-P solid dan tidak ada perbedaan sikap yang signifikan di antara para kadernya.
"Kita solid lah. Mana ada beda-beda sikap. Solid," tegas Yasonna di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (17/6/2025).
Lebih lanjut, Yasonna menjelaskan bahwa Kongres VI PDI-P memerlukan persiapan yang matang, termasuk dari segi pendanaan. Oleh karena itu, penundaan dilakukan untuk memastikan semua aspek berjalan lancar.
"Enggak ada masalah. Kita kan hanya masih konsolidasi saja. Kita tunggu saja perintah ketua umum seperti apa nanti," imbuhnya.
Sementara itu, Peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Lili Romli, sebelumnya mengemukakan analisisnya terkait penundaan Kongres VI PDI-P. Ia menduga bahwa belum adanya kesepakatan internal terkait arah politik partai menjadi salah satu penyebabnya.
Lili melihat adanya dua faksi di dalam PDI-P. Satu faksi menginginkan PDI-P bergabung dengan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, sementara faksi lainnya lebih memilih untuk tetap berada di luar pemerintahan sebagai oposisi.
"Saya kira mundurnya jadwal kongres karena internal PDI-P masih belum solid terkait sikap PDI-P terhadap pemerintah. Apa mau gabung dalam koalisi pemerintahan? Atau tetap sebagai oposisi?” kata Lili.
Menurutnya, perbedaan pandangan ini menghambat pengambilan keputusan terkait sikap partai terhadap pemerintahan, yang seharusnya dibahas dan diputuskan dalam Kongres VI.
Lili juga menyinggung pertemuan antara Megawati Soekarnoputri dengan Prabowo Subianto sebagai faktor yang mungkin mempengaruhi dinamika internal PDI-P. Ia menduga bahwa pertemuan tertutup tersebut belum menghasilkan titik temu antara kedua faksi.
Di sisi lain, Ketua DPP PDI-P, Ganjar Pranowo, mengungkapkan bahwa mayoritas kader PDI-P masih menginginkan Megawati Soekarnoputri untuk kembali menjabat sebagai ketua umum dalam Kongres VI mendatang. Hal ini ia sampaikan saat ditanya mengenai kepastian jadwal kongres dan potensi Megawati untuk kembali terpilih.
"Kalau tren suara yang dari bawah sih begitu yah," ujar Ganjar.
Meski demikian, Ganjar menegaskan bahwa waktu dan tempat pelaksanaan Kongres VI PDI-P masih belum ditetapkan. Pihaknya masih mencari waktu yang tepat untuk melaksanakan agenda besar tersebut.
"Belum, belum, tapi ya tahun ini lah. Ya pasti nunggu hari baik," pungkasnya.