Ramadan di UPT RSBN Malang: Semangat Tak Terbendung Penyandang Tuna Netra dalam Tadarus Al-Qur'an Braille
Ramadan di UPT RSBN Malang: Semangat Tak Terbendung Penyandang Tuna Netra dalam Tadarus Al-Qur'an Braille
Di bulan suci Ramadan, semangat keimanan tak mengenal batas, bahkan bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Hal ini terlihat nyata di UPT Rehabilitasi Sosial Bina Netra (RSBN) Kota Malang, dimana para penyandang tuna netra dengan khusyuk mengikuti tadarus Al-Qur'an Braille. Kegiatan rutin tahunan ini bukan sekadar pembacaan ayat suci, melainkan sebuah manifestasi tekad kuat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, sekaligus melatih kemampuan membaca Al-Qur'an Braille yang membutuhkan ketekunan dan kepekaan tinggi.
Para penyandang tuna netra di RSBN Malang membuktikan bahwa keterbatasan penglihatan bukanlah penghalang untuk meraih pahala dan keberkahan Ramadan. Dengan jari-jari yang terampil menelusuri huruf braille yang timbul, mereka membaca ayat-ayat suci, berharap mendapatkan syafaat dan ridho Allah. Suasana tadarus dipenuhi kekhusyukan dan kedamaian, menggambarkan betapa kuatnya iman dan semangat mereka dalam menjalani ibadah.
Imam Faruqi, salah satu peserta tadarus, menceritakan pengalamannya. Ia dan teman-temannya diwajibkan mengikuti seluruh kegiatan keagamaan di Masjid An-Nur, yang berada di kompleks RSBN. Sejak awal Ramadan, berbagai kegiatan keagamaan telah digelar, mulai dari pembacaan sholawat, murotal, hingga qutub. Tak hanya itu, mereka juga akan berpartisipasi dalam lomba murotal dan hadits yang menambah semarak Ramadan di RSBN.
"Alhamdulillah, kegiatan di bulan Ramadan ini setiap tahun selalu diisi dengan kegiatan keagamaan. Kita sudah terbiasa mandiri, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun kegiatan keagamaan," ujar Imam, warga Kandat, Kediri. Ia menegaskan bahwa partisipasi dalam kegiatan keagamaan di masjid merupakan kewajiban, kecuali bagi yang sakit atau perempuan yang berhalangan. Semangatnya untuk meraih pahala sebanyak mungkin di bulan suci Ramadan terlihat jelas dari perkataannya, "Semoga di bulan Ramadan ini, walaupun dengan keterbatasan, teman-teman bisa memanfaatkan bulan Ramadan ini untuk memperbanyak meraih pahala."
Sementara itu, Salsa (17), seorang penyandang tuna netra asal Sidoarjo, berbagi kisah perjalanannya dalam membaca Al-Qur'an Braille. Ia mengaku telah menghafal beberapa surat pendek dan saat ini sedang mempelajari Juz 29. Proses pembelajaran Braille sejak usia 13 tahun membutuhkan ketekunan dan kesabaran yang luar biasa. "Kesulitannya adalah kita harus menghafal kode yang ada di Braille," ungkap Salsa. Pengalamannya ini menunjukkan betapa besar usaha dan dedikasi yang mereka curahkan dalam memahami dan menghayati isi Al-Qur'an.
Hadi, pengurus Masjid An-Nur, menambahkan bahwa berbagai kegiatan keagamaan telah dimulai sejak hari pertama Ramadan, termasuk memberikan kesempatan kepada penerima manfaat di RSBN untuk menjadi imam dan bilal selama Salat Tarawih. Semarak Ramadan semakin terasa dengan adanya lomba membaca Juz Amma Braille dan Al-Qur'an Braille Arab, serta hafalan hadits dan artinya. Hal ini menunjukkan bahwa RSBN tidak hanya memberikan layanan rehabilitasi, tetapi juga memfasilitasi kegiatan keagamaan yang inklusif dan mendukung perkembangan spiritual para penyandang tuna netra.
Kegiatan tadarus Al-Qur'an Braille di UPT RSBN Malang menjadi bukti nyata bahwa semangat beribadah dan meraih pahala di bulan Ramadan tak mengenal batasan fisik. Mereka, para penyandang tuna netra, menginspirasi kita semua dengan ketekunan, kesabaran, dan keimanan yang begitu kuat. Kisah mereka menjadi pengingat akan pentingnya kesetaraan dan dukungan bagi penyandang disabilitas dalam berpartisipasi penuh dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama.