DPR Waspadai Dampak Tarif Impor AS terhadap Ekonomi Indonesia

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia menyoroti potensi dampak negatif dari kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap perekonomian Indonesia. Kekhawatiran ini disampaikan dalam Rapat Paripurna Pembukaan Masa Sidang III Tahun 2024–2025, di mana pimpinan DPR menekankan perlunya langkah-langkah antisipatif untuk melindungi kepentingan nasional.

Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, menyampaikan bahwa perang dagang global yang dipicu oleh kebijakan tarif resiprokal AS dapat menimbulkan guncangan pada rantai pasok global, fluktuasi nilai tukar dolar AS, dan perlambatan ekonomi global. Meskipun Indonesia tidak dapat secara langsung memengaruhi kebijakan perdagangan negara lain, Dasco menekankan pentingnya memperkuat fondasi ekonomi dalam negeri untuk menghadapi ketidakpastian global.

Dasco menyatakan, pemerintah memiliki peran krusial dalam mengambil langkah-langkah strategis untuk memitigasi dampak negatif dari kebijakan perdagangan global. DPR RI menyatakan kesiapannya untuk mendukung pemerintah dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan ekonomi yang dapat melindungi rakyat dan negara.

Menurut Dasco, negara harus mempersiapkan kebijakan yang tepat untuk melindungi kehidupan rakyat dan menjaga keberlangsungan pembangunan nasional, di tengah ketidakpastian ekonomi global. Ketidakpastian ekonomi global menuntut respons yang cepat dan tepat dari pemerintah untuk memastikan stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Kebijakan tarif impor AS yang diumumkan sebelumnya mencakup tarif dasar impor sebesar 10 persen terhadap lebih dari 180 negara, serta tarif tambahan yang bersifat resiprokal terhadap 90 negara, termasuk Indonesia. Indonesia dikenakan tarif sebesar 32 persen. Langkah ini telah memicu kekhawatiran di kalangan negara-negara ASEAN, yang menilai bahwa kebijakan tersebut dapat mengganggu arus perdagangan, investasi, rantai pasok, dan merugikan konsumen.

Menteri Ekonomi ASEAN telah mengadakan pertemuan virtual untuk membahas kebijakan tarif AS dan menyampaikan keprihatinan atas dampaknya terhadap ekonomi kawasan. ASEAN, sebagai ekonomi terbesar kelima di dunia, menekankan komitmen untuk berdialog secara jujur dan konstruktif dengan AS, dan tidak akan mengambil langkah pembalasan atas tarif tersebut.

Kebijakan tarif impor AS dinilai dapat menghambat stabilitas ekonomi kawasan dan mengancam mata pencaharian jutaan orang, terutama di negara-negara ASEAN yang ekonominya masih berkembang. ASEAN merupakan mitra dagang kelima terbesar bagi AS dan penerima terbesar investasi langsung asing (FDI) dari Negeri Paman Sam pada tahun 2024.