Perundingan Dagang AS-Jepang Dimulai: Tarif Impor dan Beban Militer Jadi Sorotan
Perundingan Dagang AS-Jepang Dimulai: Tarif Impor dan Beban Militer Jadi Sorotan
Washington D.C. menjadi saksi bisu dimulainya perundingan dagang antara Amerika Serikat dan Jepang. Pertemuan yang dipimpin oleh Presiden Donald Trump dan delegasi Jepang yang diketuai Menteri Revitalisasi Ekonomi, Ryosei Akazawa, ini menjanjikan babak baru dalam hubungan ekonomi kedua negara.
Trump, melalui unggahan di media sosialnya, mengisyaratkan kemajuan signifikan dalam pembicaraan tersebut. Fokus utama perundingan adalah isu tarif impor yang selama ini menjadi ganjalan, serta topik tambahan yang diajukan Trump, yaitu pembagian biaya penempatan pasukan AS di Jepang. Kehadiran Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dan Menteri Perdagangan, Howard Lutnick, semakin menegaskan keseriusan AS dalam perundingan ini.
Agenda yang Lebih Luas dari Sekadar Perdagangan
Semula, delegasi Jepang berharap perundingan hanya terfokus pada isu perdagangan dan investasi. Namun, Trump memperluas cakupan pembicaraan dengan memasukkan pembahasan mengenai kontribusi Tokyo dalam menampung pasukan AS, yang merupakan penempatan militer AS terbesar di luar negeri. Trump menyampaikan melalui platform Truth Social bahwa agenda pertemuan meliputi negosiasi tarif, biaya dukungan militer, dan terciptanya 'keadilan perdagangan'.
Dampak Tarif Impor Terhadap Ekonomi Global
Kebijakan Trump yang menerapkan tarif impor secara besar-besaran sebelumnya telah memicu kekhawatiran di kalangan ekonom dan pelaku pasar. Potensi resesi, inflasi, dan kenaikan suku bunga menjadi momok yang menghantui stabilitas ekonomi global. Saat ini, produk ekspor Jepang dikenakan tarif hingga 24 persen di AS, meskipun sebagian besar tarif ini ditangguhkan selama 90 hari, tarif dasar 10 persen tetap berlaku, termasuk bea 25 persen untuk mobil dari Jepang.
Posisi Tawar Jepang dan Harapan Investasi
Perdana Menteri Shigeru Ishiba menegaskan bahwa Jepang tidak akan terburu-buru dalam menyepakati kesepakatan dagang baru dan tidak berencana memberikan konsesi besar. Menurut Kurt Tong dari Asia Group, AS dinilai menciptakan posisi tawar yang sangat besar secara sepihak, menempatkan Jepang pada posisi tertekan.
Jepang berharap dapat meningkatkan investasi di AS, termasuk potensi proyek gas bernilai miliaran dollar di Alaska, yang diyakini dapat menciptakan hubungan dagang yang saling menguntungkan tanpa perlu mengenakan tarif. Investasi ini dipandang sebagai solusi win-win yang dapat meredakan tensi perdagangan dan mempererat hubungan bilateral.
Rangkaian Pertemuan Dagang AS dengan Mitra Lain
Selain Jepang, AS juga aktif menjalin komunikasi dengan mitra dagang lainnya. Delegasi AS baru-baru ini bertemu dengan Wakil Perdana Menteri Vietnam dan dijadwalkan menjamu Menteri Keuangan Korea Selatan. Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, juga diagendakan bertemu dengan Trump untuk membahas tarif terhadap Uni Eropa, menunjukkan intensitas diplomasi ekonomi yang dijalankan AS.