Harga Minyak Mentah Indonesia Terkoreksi Akibat Sentimen Tarif Impor AS dan Dinamika Global
Harga minyak mentah Indonesia (ICP) mengalami penurunan signifikan pada bulan Maret 2025, mencerminkan respons pasar terhadap kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Amerika Serikat serta dinamika kompleks yang terjadi di pasar energi global. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa ICP untuk bulan Maret berada di angka US$ 71,11 per barel, mengalami penurunan sebesar US$ 3,18 dibandingkan dengan bulan Februari yang tercatat sebesar US$ 74,29 per barel.
Penurunan ini terutama dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap potensi dampak negatif dari peningkatan tarif perdagangan AS terhadap pertumbuhan ekonomi global. Kebijakan ini dikhawatirkan akan menekan permintaan minyak mentah secara keseluruhan, sehingga memicu aksi jual di pasar komoditas. Selain sentimen tarif, faktor lain yang turut berkontribusi terhadap penurunan harga minyak mentah adalah sinyal dari OPEC+ terkait rencana untuk melanjutkan peningkatan produksi minyak pada bulan April 2025. Tekanan dari AS terhadap OPEC dan Arab Saudi untuk menurunkan harga minyak juga menjadi pertimbangan penting bagi para pelaku pasar.
Selain itu, data menunjukkan adanya peningkatan stok minyak mentah komersial di AS pada pertengahan Maret 2025 sebesar 3,2 juta barel menjadi 437 juta barel. Peningkatan stok ini sejalan dengan tren musiman di mana permintaan minyak dari kilang pengolahan cenderung menurun pada periode tersebut. Aktivitas kilang di AS dan Eropa juga mengalami penurunan karena memasuki periode pemeliharaan rutin sebagai persiapan menjelang musim liburan musim panas (summer driving season) yang biasanya meningkatkan konsumsi bahan bakar.
Di kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh aktivitas kilang-kilang teapot di China. Kilang-kilang teapot China, yang merupakan pembeli utama minyak mentah yang terkena sanksi, mulai menghentikan pembelian mereka untuk menilai dampak dan risiko dari sanksi yang akan diberlakukan oleh AS terhadap kilang independen China yang membeli minyak dari Iran. Situasi ini menciptakan ketidakpastian di pasar dan mendorong para pelaku perdagangan minyak di Asia untuk menahan diri dari pembelian minyak mentah Iran.
Lebih lanjut, pasar juga tengah menanti perkembangan dari perundingan damai antara Ukraina dan Rusia, yang berpotensi membawa perubahan pada sanksi terhadap minyak mentah Rusia. Pelonggaran sanksi dapat meningkatkan pasokan minyak global dan memberikan tekanan lebih lanjut pada harga. Secara keseluruhan, penurunan harga minyak mentah Indonesia pada bulan Maret 2025 merupakan hasil dari interaksi kompleks berbagai faktor global, mulai dari kebijakan perdagangan, dinamika produksi, hingga tensi geopolitik.