Ketegangan Meningkat di Yerusalem: Ratusan Warga Yahudi Diizinkan Masuk dan Berdoa di Kompleks Masjid Al Aqsa
Ketegangan Meningkat di Yerusalem: Ratusan Warga Yahudi Diizinkan Masuk dan Berdoa di Kompleks Masjid Al Aqsa
Situasi di Kota Tua Yerusalem dilaporkan semakin memanas setelah otoritas Israel mengizinkan ratusan warga Yahudi untuk memasuki dan berdoa di kompleks Masjid Al Aqsa. Kebijakan ini, yang dilaporkan oleh Middle East Eye, menjadi yang pertama kali dalam sejarah dan memicu kekhawatiran serius mengenai perubahan status quo di situs suci tersebut.
Menurut laporan tersebut, pada hari Rabu, 16 April 2025, sebanyak 180 jemaah Yahudi memasuki kompleks Masjid Al Aqsa, yang oleh mereka disebut sebagai Temple Mount. Mereka memasuki area tersebut di bawah pengawasan ketat aparat keamanan Israel. Perubahan mencolok terlihat dari kebijakan sebelumnya yang membatasi jumlah warga Yahudi Israel yang diizinkan masuk ke lokasi tersebut tidak lebih dari 30 orang dalam satu waktu.
Polisi Israel mengklaim bahwa tindakan mereka adalah untuk menjaga keamanan sesuai dengan aturan kunjungan yang telah ditetapkan. Namun, pada saat yang sama, dilaporkan ribuan jemaah Yahudi terlihat merayakan dengan menari dan berpesta di pintu masuk Babul Asbath atau Gerbang Singa menuju Kota Tua Yerusalem, sementara akses ke masjid bagi jemaah Muslim dibatasi.
Direktur Urusan Internasional di Departemen Wakaf Islam, Aouni Bazbaz, mengungkapkan kekhawatiran mendalam atas kejadian ini. Ia menggambarkan situasi tersebut sebagai "pemandangan yang menakutkan" dan belum pernah terjadi sebelumnya. Bazbaz menyoroti peningkatan dramatis jumlah pemukim yang memasuki kompleks Masjid Al Aqsa dari hanya 258 orang pada tahun 2003 menjadi ribuan orang saat ini. Ia memperingatkan bahwa umat Muslim akan menghadapi situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sebelum kejadian ini, ribuan pemukim ilegal Israel telah memasuki kompleks Masjid Al Aqsa sejak hari pertama libur Paskah Yahudi, yang dimulai pada Minggu, 13 April 2025.
Kekhawatiran Akan Status Quo
Masuknya ratusan jemaah Yahudi ke Masjid Al Aqsa memicu kekhawatiran serius tentang perubahan status quo yang telah lama berlaku di tempat suci tersebut. Berdasarkan hukum yang berlaku, hanya umat Islam yang diizinkan untuk beribadah di Masjid Al Aqsa, sementara orang Yahudi hanya diizinkan untuk berdoa di Tembok Barat.
Pada tahun 1921, Kepala Rabbi Yerusalem mengeluarkan dekrit yang melarang orang Yahudi untuk beribadah di Temple Mount karena mereka dianggap "tidak suci" untuk memasuki tempat tersebut tanpa melakukan ritual penyucian yang dianggap mustahil dalam kondisi modern. Namun, larangan ini ditentang oleh banyak pemukim Yahudi Ortodoks yang menganggapnya sebagai tindakan diskriminatif.
Sebelumnya, Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, telah beberapa kali menyerukan agar orang-orang Yahudi diizinkan untuk berdoa di Masjid Al Aqsa. Meskipun demikian, Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah mengeluarkan pernyataan yang menegaskan bahwa tidak ada perubahan pada status quo di Temple Mount dan bahwa aturan yang melarang ibadah non-Muslim di kompleks Masjid Al Aqsa tetap berlaku.