Emas Unggul Sebagai Aset 'Safe Haven' di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global
Di tengah gejolak ekonomi global yang terus berlanjut, emas tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan aset atau 'safe haven'. Hal ini ditegaskan oleh Direktur Pengembangan Big Data Indef, Eko Listiyanto, yang menyoroti kemudahan akses dan familiaritas emas dibandingkan instrumen investasi lainnya.
Eko menjelaskan bahwa emas lebih mudah diakses oleh investor ritel, termasuk masyarakat kelas menengah yang memiliki tabungan. Kemudahan ini menjadi daya tarik tersendiri, terutama di tengah ketidakpastian pasar keuangan global. "Emas memang sudah lama dikenal sebagai aset 'safe haven' yang mudah dipahami dalam konteks investasi, berbeda dengan mata uang asing yang lebih kompleks," ujarnya dalam sebuah diskusi virtual.
Fenomena ini semakin menguat sejak perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden AS kala itu, Donald Trump. Investor global mulaiDiversifikasi portofolio dengan mencari aset alternatif di luar dolar AS, seperti Euro, Franc Swiss, dan Yen Jepang. Pasar saham AS mengalami penurunan signifikan setelah penerapan tarif terhadap berbagai negara, terutama China. Meskipun demikian, penurunan pasar saham tidak secara otomatis meningkatkan daya tarik obligasi AS.
Menurut Eko, investor merespons kebijakan ini dengan bijaksana, mempertimbangkan risiko yang terkait dengan kebijakan tarif Trump. Respons ini menunjukkan bahwa aset AS tidak selalu menjadi pusat perhatian investor. Sebaliknya, mereka memilih mata uang yang lebih stabil untuk melindungi investasi mereka dari potensi kerugian.
Namun, Eko mengingatkan investor untuk berhati-hati dalam berinvestasi valuta asing, terutama dalam jangka pendek, karena pasar uang sangat fluktuatif. "Emas lebih cocok untuk kebutuhan jangka menengah. Jika dana tidak akan segera digunakan, emas menjadi pilihan yang tepat. Namun, untuk investasi yang sangat likuid, penting untuk mempertimbangkan risiko dan karakteristik aset yang dipilih," jelasnya.
Senada dengan Eko, Ekonom Senior Indef Iman Sugema tidak merekomendasikan investasi mata uang asing mengingat perubahan situasi global yang cepat akibat perang tarif. Ia juga menyoroti dinamika perebutan kekuatan mata uang sebagai mata uang perdagangan dunia yang mungkin semakin intensif akibat kebijakan AS. "Kita harus lebih bijaksana dalam berinvestasi. Jangan tertinggal, kita harus selalu berada di depan. Jika Anda tidak perlu bermain dengan nilai tukar, pilihlah aset yang biasa saja dan tidak terlalu fluktuatif," saran Iman.