Taman Safari Indonesia Ambil Alih Pengelolaan Kebun Binatang Bandung: Era Baru Konservasi dan Pariwisata Satwa

Setelah pengunduran diri Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT) yang dijadwalkan pada 21 Maret 2025, Taman Safari Indonesia (TSI) menyatakan kesiapannya untuk mengambil alih pengelolaan Kebun Binatang Bandung (Bandung Zoo). Transisi ini menandai babak baru bagi kebun binatang ikonik tersebut, dengan harapan peningkatan signifikan dalam kesejahteraan satwa, fasilitas, dan daya tarik wisata.

Sejak 25 Maret 2025, tongkat estafet pengelolaan secara resmi beralih ke tangan TSI. Sosok-sosok berpengalaman seperti Jhon Sumampouw dan Tony Sumampouw, yang sebelumnya terlibat dalam kepengurusan YMT pada tahun 2017, akan memimpin transformasi ini. Tony Sumampouw, Komisaris TSI, menegaskan bahwa persiapan telah dilakukan sejak lama, bahkan sejak keterlibatan awal mereka di tahun 2017.

Dalam diskusi bersama Forwaksi, Tony Sumampouw menjelaskan bahwa sesuai dengan permintaan Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, pengelolaan Bandung Zoo akan diubah menjadi berbentuk Perseroan Terbatas (PT), bukan lagi yayasan. Langkah ini sejalan dengan Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2019 yang mengharuskan lembaga konservasi umum beroperasi sebagai badan usaha (PT) atau koperasi. Konsep PT dinilai lebih proporsional dan memungkinkan penerapan berbagai kewajiban, termasuk kewajiban pajak, yang akan memberikan kontribusi positif bagi pendapatan daerah.

Salah satu inovasi utama yang akan diterapkan oleh TSI adalah konsep open zoo. Konsep ini menekankan pada penciptaan lingkungan yang lebih alami dan nyaman bagi hewan, mendorong mereka untuk lebih aktif dan berinteraksi secara positif dengan pengunjung. Penataan ulang tata letak dan desain Kebun Binatang Bandung juga menjadi prioritas, mencakup pembenahan gerbang tiket, area makan, dan kandang hewan. Selain itu, TSI mendukung penuh rencana Pemerintah Kota Bandung untuk menggelar acara kebudayaan di area kebun binatang, menjadikannya pusat kegiatan yang beragam dan menarik.

TSI menargetkan peningkatan signifikan dalam jumlah pengunjung, terutama dari kota-kota besar seperti Jakarta, yang sering dianggap sebagai tolok ukur kualitas pariwisata. Meskipun ada kemungkinan kenaikan harga tiket dari angka saat ini sekitar Rp50.000, Tony Sumampouw meyakinkan bahwa penyesuaian akan dilakukan secara cermat, mempertimbangkan target pasar dan kualitas pengalaman yang ditawarkan. Ia mencontohkan tempat wisata lain yang berhasil menarik banyak pengunjung meskipun harga tiketnya di atas Rp100.000, menunjukkan bahwa kualitas dan inovasi adalah kunci keberhasilan.

Tony Sumampouw juga menyoroti potensi peningkatan pendapatan pajak bagi Pemerintah Kota Bandung setelah TSI mengambil alih pengelolaan. Ia mengutip contoh sukses Taman Safari Bogor, yang setiap tahunnya menyumbang minimal Rp50 miliar kepada Pendapatan Asli Daerah (PAD), belum termasuk pajak-pajak lainnya. Hal ini menunjukkan potensi besar Kebun Binatang Bandung untuk memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan bagi kota.

Menanggapi pertanyaan mengenai utang Kebun Binatang Bandung kepada Pemerintah Kota Bandung, Tony Sumampouw menjelaskan bahwa total utang sebelumnya mencapai Rp59 miliar. Namun, setelah meninggalnya Pembina YMT, Romly Bratakusuma, Pemerintah Kota Bandung memberikan keringanan, sehingga total utang berkurang menjadi sekitar Rp25 miliar. Tony Sumampouw juga menyinggung pembayaran angsuran sebesar Rp2 miliar per tahun yang dilakukan oleh TSI saat mengelola kebun binatang dari tahun 2017 hingga 2021. Dana tersebut, yang seharusnya disetorkan kepada Pemerintah Kota Bandung, ternyata tidak dibayarkan, sehingga menjadi temuan kejaksaan. Meskipun demikian, TSI berkomitmen untuk menyelesaikan sisa kewajiban yang ada.