Green Day Lancarkan Kritik Pedas Terhadap Wakil Presiden AS di Konser Melbourne

Green Day Lancarkan Kritik Pedas Terhadap Wakil Presiden AS di Konser Melbourne

Band punk rock legendaris, Green Day, kembali menunjukkan sikap politiknya yang tegas dengan melontarkan kritik pedas terhadap Wakil Presiden Amerika Serikat, JD Vance, saat konser di Melbourne, Australia pada 1 Maret 2025. Insiden tersebut, yang terekam dalam video viral di media sosial, menunjukkan vokalis Billie Joe Armstrong memodifikasi lirik lagu-lagu mereka untuk menyindir Vance dan pemerintahan Trump secara langsung.

Dalam penampilannya, Armstrong mengubah lirik lagu "I'm not a part of the redneck agenda" menjadi "I'm not a part of the MAGA agenda," sebuah sindiran terang-terangan terhadap gerakan politik yang diusung oleh Donald Trump. Namun, puncaknya adalah saat ia melakukan improvisasi lirik pada lagu "Jesus of Suburbia", dengan lantang bertanya kepada penonton, "Am I retarded or am I just JD Vance?" Pertanyaan provokatif tersebut disambut dengan teriakan dan sorak sorai antusias dari para penonton yang hadir.

Bukan kali ini saja Green Day menggunakan panggung konser untuk menyampaikan pandangan politik mereka. Sebelumnya, band ini telah secara terbuka menyatakan dukungan terhadap Ukraina dalam konfliknya dengan Rusia. Di tengah pergantian lagu di konser Melbourne, Armstrong semakin menggencarkan kritiknya dengan pernyataan retoris, "Bukankah kalian ingin Elon Musk menutup mulutnya? Bukankah kalian ingin Donald Trump menutup mulutnya?" Pernyataan ini menunjukkan konsistensi Green Day dalam menggunakan platformnya untuk menyuarakan keprihatinan terhadap isu-isu politik global yang dianggap penting.

Aksi Green Day di Melbourne ini sekali lagi mengukuhkan reputasi mereka sebagai band yang berani dan memiliki pendirian politik yang kuat. Mereka tidak ragu menggunakan musik dan panggung sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan kritikal kepada para pemimpin politik dan memicu diskusi publik terhadap berbagai isu kontroversial. Video yang merekam penampilan tersebut telah menjadi viral dan memicu beragam reaksi di media sosial, memperlihatkan dampak signifikan dari aksi protes artistik yang dilakukan Green Day. Keberanian mereka untuk bersuara di depan publik menginspirasi banyak orang dan menggarisbawahi peran penting seniman dalam mempengaruhi opini publik.

Langkah Green Day ini menimbulkan pertanyaan seputar peran seniman dalam politik dan sejauh mana kebebasan berekspresi dapat digunakan untuk mengkritik para pemimpin pemerintahan. Meskipun kontroversial, aksi tersebut menunjukkan bagaimana musik dapat menjadi alat yang efektif untuk menyampaikan pesan politik dan memicu perdebatan publik tentang isu-isu penting. Green Day, dengan konsistensinya dalam menyuarakan pandangan politiknya melalui karya musik, terus mempertegas posisinya sebagai salah satu band yang berpengaruh dan berani di dunia musik internasional.

Reaksi publik terhadap penampilan Green Day yang penuh dengan kritik politik ini masih terus bergulir di media sosial dan berbagai platform online. Berbagai opini dan perspektif bermunculan, mencerminkan betapa kontroversialnya aksi tersebut dan seberapa besar pengaruhnya terhadap opini publik. Keberanian Green Day dalam mengekspresikan pandangan politiknya di panggung internasional patut mendapatkan perhatian dan analisis yang lebih mendalam.