Kunjungan Kontroversial Netanyahu ke Gaza di Tengah Eskalasi Konflik, Palestina Mengecam
Di tengah meningkatnya ketegangan di Jalur Gaza, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melakukan kunjungan mendadak ke wilayah tersebut, yang langsung menuai kecaman keras dari Kementerian Luar Negeri Palestina. Kunjungan ini terjadi saat militer Israel terus melancarkan operasi militer di Gaza, memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah genting. Kunjungan Netanyahu tersebut memicu reaksi keras dari Otoritas Palestina, yang menyebutnya sebagai tindakan provokatif yang bertujuan untuk memperpanjang konflik dan memperburuk penderitaan warga sipil.
Kantor Perdana Menteri Israel mengumumkan kunjungan tersebut, menyatakan bahwa Netanyahu bertemu dengan pasukan Israel di Gaza utara. Dalam pertemuan tersebut, Netanyahu menegaskan kembali komitmen Israel untuk melanjutkan operasi militer sampai Hamas dikalahkan dan semua sandera dibebaskan. Ia menekankan bahwa Israel akan terus memberikan pukulan berat kepada Hamas dan tidak akan berhenti sampai semua tujuan perang tercapai. Pernyataan ini menggarisbawahi tekad pemerintah Israel untuk menekan Hamas melalui kekuatan militer dan menolak setiap negosiasi yang tidak memenuhi tuntutan mereka.
Kementerian Luar Negeri Palestina mengeluarkan pernyataan yang mengutuk keras kunjungan Netanyahu, menyebutnya sebagai "penyerbuan provokatif" yang dirancang untuk mengintensifkan kejahatan genosida dan pemindahan paksa di wilayah Palestina. Otoritas Palestina menuduh Netanyahu menggunakan kunjungan tersebut untuk memprovokasi lebih lanjut dan mengabaikan seruan internasional untuk gencatan senjata dan solusi damai. Mereka menekankan bahwa tindakan semacam itu hanya akan memperburuk situasi dan merusak setiap upaya untuk mencapai perdamaian yang adil dan berkelanjutan.
Kunjungan Netanyahu terjadi setelah berakhirnya gencatan senjata selama dua bulan antara Israel dan Hamas pada 18 Maret. Sejak itu, militer Israel telah meningkatkan serangannya di Gaza, menyebabkan ratusan ribu warga sipil mengungsi. Pejabat-pejabat senior Israel, termasuk Netanyahu, berpendapat bahwa hanya tekanan militer yang akan memaksa Hamas untuk membebaskan para sandera yang tersisa.
Baru-baru ini, Israel mengajukan proposal baru untuk menghentikan pertempuran di Gaza, yang mencakup gencatan senjata selama 45 hari jika Hamas membebaskan 10 sandera yang masih hidup. Proposal tersebut juga mencakup pembebasan tahanan Palestina dan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza. Namun, Hamas menolak tuntutan Israel untuk melucuti senjata, menyebutnya sebagai "garis merah" yang tidak dapat dinegosiasikan. Kondisi ini semakin mempersulit upaya untuk mencapai kesepakatan dan mengakhiri konflik yang berkepanjangan.
Berikut adalah poin-poin utama terkait situasi terkini:
- Kunjungan Netanyahu ke Gaza dikecam oleh Palestina sebagai provokasi.
- Netanyahu menegaskan komitmen untuk melanjutkan operasi militer sampai Hamas dikalahkan dan sandera dibebaskan.
- Israel mengajukan proposal gencatan senjata dengan syarat pembebasan sandera dan pelucutan senjata Hamas.
- Hamas menolak pelucutan senjata, menyebutnya sebagai "garis merah".
- Situasi kemanusiaan di Gaza terus memburuk akibat konflik yang berkepanjangan.