Dominasi Dokter Gigi Perempuan: Fenomena Global dan Tantangan Distribusi di Indonesia

Fenomena dominasi perempuan dalam profesi dokter gigi bukan hanya isapan jempol belaka di Indonesia, melainkan sebuah tren global yang mencuri perhatian. Ketua Umum Perkumpulan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Usman Sumantri, mengungkapkan bahwa sekitar 70% praktisi dokter gigi di tanah air adalah perempuan. Fakta ini sejalan dengan kecenderungan serupa yang terjadi di berbagai belahan dunia.

Dominasi ini menghadirkan dinamika tersendiri, terutama dalam konteks pemerataan layanan kesehatan gigi hingga ke pelosok Nusantara. Usman Sumantri menyoroti tantangan pendistribusian dokter gigi ke daerah-daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Faktor-faktor seperti preferensi lokasi kerja yang dipengaruhi oleh keluarga, khususnya bagi dokter gigi perempuan yang telah menikah, menjadi pertimbangan krusial. Mobilitas dokter gigi perempuan seringkali terikat pada domisili suami, sehingga menyulitkan penempatan di wilayah-wilayah terpencil.

Selain itu, dukungan keluarga juga memegang peranan penting bagi dokter gigi perempuan yang belum berkeluarga. Kekhawatiran orang tua terhadap keamanan dan kenyamanan anak perempuan mereka di daerah-daerah terpencil seringkali menjadi penghalang dalam penugasan.

Meskipun demikian, Usman Sumantri menegaskan bahwa pembatasan kuota calon dokter gigi berdasarkan jenis kelamin bukanlah solusi yang tepat. Langkah tersebut dianggap diskriminatif dan tidak sejalan dengan prinsip kesetaraan gender yang dijunjung tinggi di Indonesia.

Di tengah isu ketidakmerataan distribusi tenaga kesehatan gigi, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyoroti tingginya temuan masalah gigi dalam program Cek Kesehatan Gratis (CKG). Hal ini menggarisbawahi urgensi untuk mengatasi tantangan distribusi dokter gigi demi meningkatkan kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia secara menyeluruh.

  • Dominasi dokter gigi perempuan adalah fenomena global.
  • Distribusi dokter gigi ke daerah 3T menjadi tantangan.
  • Faktor keluarga memengaruhi penempatan dokter gigi perempuan.
  • Pembatasan kuota dokter gigi berdasarkan gender dianggap diskriminatif.
  • Masalah kesehatan gigi menjadi temuan terbanyak dalam program CKG.