Minimnya Habitat Ideal, Ahli Sangsikan Keberadaan Harimau Jawa di Era Modern

Klaim penampakan harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) terus bergulir, namun Direktur Save Indonesian Nature & Threatened Species (Sintas), Hariyo T Wibisono, menyampaikan pandangan yang bertolak belakang. Ia meyakini bahwa secara ekologis, sangat kecil kemungkinan harimau Jawa masih eksis di Pulau Jawa saat ini.

"Kondisi hutan di Jawa sudah terlalu sempit untuk menampung populasi harimau," tegas Hariyo, yang juga merupakan bagian dari Majelis Perwalian Amanah Forum Konservasi Macan Tutul Jawa (Formata). Menurutnya, seekor harimau membutuhkan wilayah jelajah antara 40 hingga 300 kilometer persegi untuk dapat bertahan hidup. Dengan fragmentasi hutan yang terjadi, ia meragukan Jawa dapat menyediakan habitat yang layak.

Lebih lanjut, Hariyo menjelaskan bahwa berbagai upaya telah dilakukan untuk mendeteksi keberadaan harimau Jawa. Pemasangan kamera jebak di berbagai lokasi, termasuk Taman Nasional Ujung Kulon yang hampir 60% wilayahnya telah terkaver selama lima tahun terakhir, belum membuahkan hasil. Ketiadaan bukti visual ini semakin memperkuat keyakinannya bahwa harimau Jawa telah punah dari habitat aslinya.

"Taman nasional lain seperti Alas Purwo dan Baluran juga tidak representatif sebagai habitat harimau Jawa karena luasnya yang terbatas. Jika memang ada, keberadaan mereka pasti terekam oleh kamera yang telah dipasang," imbuhnya.

Untuk memastikan keberadaan suatu satwa liar di alam, menurutnya diperlukan bukti yang komprehensif. Jejak tunggal seperti bekas cakaran atau temuan feses tidak cukup untuk dijadikan dasar kesimpulan. Ia menekankan pentingnya menemukan tanda-tanda lain di sekitar lokasi penemuan, seperti tanda bau dari air seni atau feses, serta bekas cakaran di pohon atau batu.

Menanggapi temuan genetik dari sehelai bulu di Sukabumi pada tahun 2019, Hariyo menyampaikan bahwa temuan tersebut belum dapat dikonfirmasi sebagai milik harimau Jawa. Ia merujuk pada laporan yang menyertai temuan tersebut, yang menyatakan perlunya penelusuran lebih lanjut untuk memastikan keberadaan harimau Jawa di alam liar. Dengan kata lain, temuan tersebut tidak secara definitif mengkonfirmasi keberadaan harimau Jawa.

  • Luas hutan yang tersisa di Pulau Jawa tidak mencukupi sebagai habitat harimau Jawa.
  • Tidak ada bukti visual dari kamera jebak yang terpasang di berbagai lokasi.
  • Jejak tunggal tidak cukup untuk membuktikan keberadaan harimau Jawa.
  • Temuan genetik dari Sukabumi belum terkonfirmasi.