Indonesia Intensifkan Diplomasi Ekonomi dengan Uni Eropa di Tengah Gejolak Global

Merespon ketidakpastian ekonomi global, Indonesia mengambil langkah strategis dengan memperkuat kemitraan ekonomi bersama Uni Eropa. Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti Widya Putri, menekankan bahwa perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (I-EU CEPA) menjadi kunci dalam menavigasi tantangan global saat ini.

Presiden Prabowo Subianto telah memberikan arahan kepada jajaran kabinetnya untuk mengedepankan diplomasi yang kuat, solidaritas regional, dan diversifikasi jangka panjang sebagai strategi utama. Langkah ini bukan hanya respon terhadap dinamika kebijakan internasional, tetapi juga merupakan bagian dari visi jangka panjang Indonesia untuk memperluas jangkauan pasar, memperkokoh ketahanan perdagangan, dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas.

Delegasi Parlemen Uni Eropa baru-baru ini mengunjungi Kementerian Perdagangan di Jakarta, menandakan komitmen bersama untuk mempercepat penyelesaian I-EU CEPA. Wamendag Roro juga tampil sebagai pembicara utama dalam seminar yang diselenggarakan oleh Komite Perdagangan Internasional Parlemen Uni Eropa (INTA), membahas bagaimana perdagangan dapat menjadi peluang untuk mempererat hubungan Indonesia-UE di tengah lanskap geopolitik yang berubah.

Seminar tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Wakil Presiden Komite Perdagangan Internasional Uni Eropa MEP Kathleen van Brempt, Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen DPR Ravindra Airlangga, Minister Counsellor Delegasi Uni Eropa untuk ASEAN-Parliamentary Relations Antoine Ripoll, Sekjen Indonesian Youth Diplomacy Alvin Adityo, dan Co-Founder Synergy Policies Dinna Prapto Raharja. Pertemuan ini menjadi wadah untuk membahas isu-isu strategis terkait politik, ekonomi, perdagangan, dan investasi.

Kementerian Perdagangan menjadikan perundingan dagang internasional sebagai prioritas utama dalam upaya memperluas akses pasar global dan mempermudah ekspor produk-produk unggulan Indonesia. Wamendag Roro secara aktif mengawal proses perundingan I-EU CEPA, dengan target penyelesaian pada pertengahan tahun ini, sesuai dengan arahan Presiden.

Data menunjukkan bahwa nilai perdagangan antara Indonesia dan Uni Eropa mencapai 30,2 miliar dollar AS pada tahun 2024. Indonesia-EU Vision Group memperkirakan bahwa CEPA berpotensi meningkatkan nilai perdagangan setidaknya sebesar 2 miliar dollar AS.

Tren perdagangan dua arah antara Indonesia dan Uni Eropa menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 5,7 persen dalam periode 2019-2024. CEPA diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi kedua belah pihak, membuka peluang baru dan memperkuat hubungan ekonomi yang saling menguntungkan.

Wamendag Roro juga telah melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah duta besar dari negara anggota Uni Eropa, termasuk Prancis, Swedia, Hungaria, Siprus, Bulgaria, dan Dubes Uni Eropa Denis Chaibi. Para duta besar tersebut menyampaikan dukungan penuh untuk percepatan penyelesaian I-EU CEPA, yang telah melalui sembilan tahun perundingan dengan 19 putaran.

Indonesia berharap CEPA dapat membuka akses pasar yang lebih luas bagi produk-produk dalam negeri ke pasar Eropa, serta sebaliknya. Fokus utama adalah memastikan akses pasar yang menguntungkan bagi produk-produk strategis seperti minyak kelapa sawit, alas kaki, tekstil dan pakaian, produk kayu, kopi, dan perikanan. Indonesia juga terbuka untuk menjajaki potensi produk-produk yang ditawarkan Uni Eropa untuk pasar domestik.

Wamendag Roro menekankan pentingnya memanfaatkan momentum politik yang ada untuk mengamankan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah gejolak geopolitik. Kerjasama yang erat dengan Uni Eropa melalui I-EU CEPA diharapkan dapat menjadi landasan yang kuat untuk mencapai tujuan tersebut.

Produk Ekspor yang Diharapkan Mendapatkan Akses Pasar Lebih Luas:

  • Minyak Kelapa Sawit
  • Alas Kaki
  • Tekstil dan Pakaian
  • Produk Kayu
  • Kopi
  • Perikanan