Psikiater Imbau Masyarakat Tidak Menyalahkan Korban Pelecehan Seksual yang Memilih Diam

Kasus dugaan pelecehan seksual kembali mencuat, kali ini melibatkan seorang dokter kandungan di Garut, Jawa Barat. Peristiwa ini terekam oleh kamera CCTV, memperlihatkan tindakan tidak senonoh yang dilakukan dokter tersebut saat pasien menjalani pemeriksaan USG.

Reaksi diam korban saat kejadian memicu beragam spekulasi dan komentar yang cenderung menyudutkan. Banyak pihak mempertanyakan mengapa korban tidak berteriak, melawan, atau segera melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwajib. Menanggapi fenomena ini, seorang psikiater memberikan penjelasan terkait alasan di balik respons diam yang seringkali ditunjukkan oleh korban pelecehan seksual.

Menurut Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ, masyarakat tidak seharusnya terburu-buru menyalahkan korban yang memilih untuk diam saat mengalami pelecehan seksual. Ia menekankan pentingnya memahami bahwa respons seseorang terhadap situasi berbahaya seperti pelecehan seksual tidak selalu berupa perlawanan fisik atau verbal.

"Orang yang melihat berita tentang pelecehan seksual dengan mudahnya mengatakan kenapa korban tidak teriak, tidak kabur, tidak memukul. Mereka tidak mengerti karena tidak di posisi korban," ujar Zulvia.

Ketika seseorang mengalami pelecehan seksual, tubuh dan otaknya secara otomatis bereaksi terhadap ancaman tersebut. Respons alami ini tidak selalu berupa tindakan aktif seperti melawan atau melarikan diri. Salah satu reaksi yang umum terjadi adalah respons membeku atau freeze. Dalam kondisi ini, otak seolah berhenti memproses informasi secara normal akibat rasa terkejut dan tidak percaya.

"Otaknya membeku, seperti lagi mematung, membeku, karena tidak tahu apa yang harus dilakukan atau sedang memproses apa yang terjadi. Jadi jangan salahkan reaksi korban," jelas Zulvia.

Respons membeku merupakan mekanisme pertahanan diri yang tidak disadari. Ketika otak mulai memproses kejadian dan menyadari bahwa tindakan tersebut salah, berbagai perasaan negatif seperti takut, bersalah, dan tidak nyaman mulai muncul. Perasaan-perasaan inilah yang kemudian membuat korban ragu untuk berteriak, menolak, atau melawan pelaku pelecehan.

Zulvia menekankan pentingnya bagi masyarakat untuk berempati terhadap korban pelecehan seksual dan menghindari menyalahkan mereka atas respons yang ditunjukkan. Korban telah mengalami pengalaman traumatis, dan menyalahkan mereka hanya akan memperburuk kondisi psikologis mereka.

Oleh karena itu, alih-alih menyalahkan, masyarakat diharapkan dapat memberikan dukungan dan pendampingan kepada korban agar mereka dapat pulih dari trauma yang dialami.

Beberapa reaksi diam korban pelecehan seksual :

  • Respons membeku (freeze)
  • Otak berhenti memproses informasi
  • Muncul rasa takut dan bersalah
  • Ragu untuk berteriak atau melawan