Warisan Terlupakan: Candi Solok Sipin Menanti Sentuhan Pemerintah Kota Jambi

Di tepian Sungai Batanghari, Kelurahan Legok, Kecamatan Danau Sipin, Kota Jambi, tersembunyi sebuah fragmen sejarah yang terlupakan: Candi Solok Sipin. Situs ini, saksi bisu peradaban Hindu-Buddha yang diperkirakan berkembang antara abad ke-7 dan ke-13 Masehi, menjadi satu-satunya jejak peradaban tersebut yang tersisa di Kota Jambi.

Namun, ironi menghantui situs bersejarah ini. Alih-alih menjadi kebanggaan dan pusat studi sejarah, Candi Solok Sipin justru terabaikan. Kondisinya memprihatinkan, berupa reruntuhan yang kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah setempat. Dahalim, seorang warga yang telah tinggal di sekitar candi sejak tahun 1994, mengungkapkan keprihatinannya. Menurutnya, keberadaan candi ini masih belum banyak diketahui oleh masyarakat Jambi, bahkan oleh pengunjung dari luar daerah.

"Banyak masyarakat di Jambi maupun provinsi lain yang tidak mengetahui keberadaan reruntuhan Candi Solok Sipin ini," ujar Dahalim.

Ia menambahkan, kunjungan ke situs ini justru didominasi oleh wisatawan mancanegara, seperti dari Thailand dan Jepang, yang tertarik untuk menelusuri jejak-jejak peradaban kuno. Namun, minimnya informasi dan petunjuk arah menjadi kendala bagi para pengunjung. Banyak dari mereka kesulitan menemukan lokasi candi, bahkan tersesat karena tidak adanya plang penunjuk jalan.

Sejarah Candi Solok Sipin telah menjadi objek penelitian sejak lama. Pada tahun 1902, peneliti Belanda C.J. Neeb melakukan penelitian di situs ini, diikuti oleh peneliti Indonesia pada tahun 1954. Bahkan, pada tahun 1820, SC Crooke telah memuat laporan ilmiah mengenai candi ini dalam survei DAS Batanghari. Pada tahun 1937, peneliti FM Schnitger menemukan arca Buddha setinggi 1,72 meter yang diperkirakan berasal dari abad ke-8 Masehi di sekitar candi.

Nilai historis yang kaya ini sayangnya belum sebanding dengan perhatian yang diberikan oleh pemerintah setempat. Dahalim berharap agar Pemerintah Kota Jambi dapat turun tangan untuk mengelola situs ini, merehabilitasi pagar, dan membangun gapura agar keberadaan candi lebih dikenal oleh masyarakat luas.

Andi, perwakilan komunitas Jejak Kebudayaan Jambi, juga menyampaikan harapan serupa. Ia menilai bahwa Candi Solok Sipin memiliki potensi besar sebagai kawasan wisata sejarah, terutama karena lokasinya yang berdekatan dengan Danau Sipin. Dengan pengelolaan dan perencanaan yang baik, situs ini dapat menjadi satu-satunya tempat wisata sejarah dan budaya dari masa Hindu-Buddha di Kota Jambi.

Andi berharap agar pemerintah dapat mengembangkan situs ini menjadi destinasi sejarah dan pusat pembelajaran yang menarik bagi masyarakat, pelajar, dan peneliti. Sentuhan pemerintah sangat dibutuhkan untuk mengangkat kembali Candi Solok Sipin dari keterlupaan dan menjadikannya sebagai warisan yang membanggakan bagi Kota Jambi.