Kontroversi Kuliner di Shanghai: Restoran Mewah Sajikan 'Kotoran Gajah' sebagai Hidangan Penutup
Sebuah restoran mewah di Shanghai, Tiongkok, menjadi sorotan publik setelah menawarkan menu hidangan penutup yang tak lazim, yakni 'kotoran gajah'. Restoran bernama Canopia ini, yang mengusung konsep alam bebas dan hutan, menawarkan pengalaman bersantap yang unik dan kontroversial.
Restoran yang terletak di kawasan Maqiao ini, mematok harga set menu sebesar 3.888 yuan (sekitar Rp 9 juta) per orang. Menu ini terdiri dari 15 hidangan berbeda, mulai dari hidangan pembuka hingga penutup. Sebelum menikmati hidangan, pengunjung diajak berkeliling restoran yang didekorasi menyerupai hutan, di mana mereka dapat memilih dedaunan untuk dicocol ke dalam saus sebagai hidangan pembuka.
Konsep 'eco-friendly' atau ramah lingkungan menjadi daya tarik utama restoran ini. Selain hidangan dari daun-daunan dan es batu berlapis madu, menu yang paling mengundang perhatian adalah hidangan penutup yang diberi nama 'Flowers Inserted into Elephant Dung' atau 'Bunga Tertancap di Kotoran Gajah'. Hidangan ini terbuat dari potongan kotoran gajah yang telah dikeringkan dan disterilisasi, disajikan dengan parfum herbal yang aman dikonsumsi, selai buah, dan sorbet rasa madu. Pengunjung bahkan dapat memilih sendiri parfum herbal dan selai buah yang ingin mereka gunakan.
Kehadiran menu kontroversial ini memicu reaksi beragam dari masyarakat. Meskipun undang-undang keamanan pangan di Tiongkok mewajibkan setiap makanan untuk tidak mengandung senyawa beracun dan memenuhi standar gizi, muncul keraguan apakah hidangan 'kotoran gajah' ini memenuhi persyaratan tersebut, meskipun telah melalui proses desinfeksi.
Menanggapi kontroversi ini, pihak berwenang dari Minhang District Administration melakukan investigasi menyeluruh terhadap restoran Canopia. Dalam sidak yang dilakukan, ditemukan sejumlah bahan makanan yang tak lazim, seperti ulat bambu, semut, dan kotoran gajah yang disiapkan untuk hidangan. Investigasi masih berlangsung hingga saat ini.
Menu ekstrem ini menuai kritik dari warganet Tiongkok, yang menganggapnya berbahaya bagi kesehatan. Kasus ini memicu perdebatan tentang batasan inovasi kuliner dan tanggung jawab restoran dalam menjamin keamanan pangan bagi konsumen.
Beberapa pihak berpendapat bahwa restoran tersebut telah melampaui batas dengan menyajikan hidangan yang tidak pantas dan berpotensi membahayakan kesehatan. Sementara yang lain berpendapat bahwa ini adalah bentuk seni kuliner yang unik dan berani, asalkan keamanan pangan tetap menjadi prioritas utama.
Terlepas dari kontroversi yang ada, kasus ini menyoroti pentingnya pengawasan ketat terhadap restoran dan produsen makanan untuk memastikan bahwa mereka mematuhi standar keamanan pangan yang berlaku. Selain itu, konsumen juga perlu lebih berhati-hati dalam memilih makanan dan mempertimbangkan risiko kesehatan yang mungkin timbul.