Makna Paskah di Tengah Krisis Global: Seruan Cinta Kemanusiaan dan Kelestarian Alam

Pekan Suci, sebuah periode sakral bagi umat Katolik di seluruh dunia, mencapai puncaknya dengan perayaan Paskah. Lebih dari sekadar ritual keagamaan, Paskah menawarkan refleksi mendalam tentang kasih, pengorbanan, dan harapan baru. Di tengah tantangan global seperti dehumanisasi dan kerusakan lingkungan, Paskah menjadi momentum penting untuk merenungkan kembali nilai-nilai kemanusiaan dan tanggung jawab kita terhadap alam.

Inti dari Pekan Suci adalah Tri Hari Suci yang meliputi Kamis Putih, Jumat Agung, dan Sabtu Suci/Malam Paskah. Kamis Putih mengenang Perjamuan Terakhir, di mana Yesus Kristus menginstitusikan Sakramen Ekaristi dan memberikan teladan cinta kasih melalui tindakan membasuh kaki para murid-Nya. Jumat Agung merenungkan pengorbanan Yesus di kayu salib, sebuah simbol penebusan dosa dan kemenangan atas maut. Malam Paskah, dengan upacara cahaya dan pembacaan Kitab Suci, menantikan kebangkitan Kristus, sebuah janji kehidupan abadi dan pembaruan seluruh ciptaan.

Paskah bukan hanya tentang mengenang peristiwa masa lalu, tetapi juga tentang merespons panggilan untuk hidup baru. Kebangkitan Kristus adalah pesan harapan, sebuah ajakan untuk meninggalkan kegelapan dosa dan berjalan dalam terang kasih. Kasih ini seharusnya terwujud dalam tindakan nyata, baik terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungan alam.

Paskah: Landasan Cinta dan Tanggung Jawab

Perayaan Paskah menyoroti beberapa aspek penting:

  • Kasih Universal: Paskah menegaskan kasih Allah yang tak terbatas bagi seluruh umat manusia dan ciptaan-Nya. Kasih ini melampaui batas-batas perbedaan dan mendorong kita untuk bersikap solider terhadap penderitaan sesama, terutama mereka yang terpinggirkan dan membutuhkan pertolongan.
  • Pemulihan Hubungan: Dosa telah merusak hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama, dan dengan alam. Paskah menawarkan kesempatan untuk memulihkan hubungan-hubungan yang rusak ini, melalui pengampunan, rekonsiliasi, dan tindakan kasih.
  • Tanggung Jawab Ekologis: Alam semesta adalah ciptaan Allah yang harus kita jaga dan lestarikan. Paskah mengingatkan kita akan tanggung jawab ekologis kita, untuk merawat bumi sebagai rumah bersama dan mewariskan lingkungan yang sehat bagi generasi mendatang.

Aksi Nyata: Mewujudkan Semangat Paskah

Semangat Paskah harus diterjemahkan ke dalam aksi nyata. Beberapa contoh konkretnya adalah:

  • Solidaritas Kemanusiaan: Memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, seperti pembagian sembako, dukungan bagi korban bencana alam, atau advokasi bagi kelompok rentan.
  • Pelestarian Lingkungan: Mengurangi penggunaan plastik, menghemat energi, menanam pohon, dan mendukung inisiatif-inisiatif pelestarian lingkungan.
  • Dialog Lintas Agama: Bekerja sama dengan umat beragama lain untuk mengatasi masalah-masalah kemanusiaan dan lingkungan, seperti yang dicontohkan oleh Deklarasi Istiqlal antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal.

Seruan untuk bertindak ini digaungkan oleh berbagai pihak, termasuk Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) melalui Aksi Puasa Pembangunan (APP) 2025 yang mengajak umat Katolik untuk merenungkan spiritualitas inkarnasi dan melihat realitas kemanusiaan serta krisis iklim dengan hati yang penuh kasih.

Paskah adalah momentum untuk merenungkan makna kasih, pengorbanan, dan harapan. Lebih dari itu, Paskah adalah panggilan untuk bertindak, untuk mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan dan tanggung jawab ekologis dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, Paskah tidak hanya menjadi perayaan keagamaan, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi perubahan positif di dunia.