Umat Katolik Tarakan Gelar Visualisasi Jalan Salib: Penghayatan Mendalam Akan Pengorbanan Kristus

Umat Katolik di Tarakan, Kalimantan Utara, baru saja menyelesaikan visualisasi Jalan Salib dalam rangkaian peringatan Jumat Agung. Acara yang diadakan di Gereja Katolik Santa Maria Imakulata Paroki Tarakan ini, menjadi momen refleksi bagi para jemaat untuk merenungkan pengorbanan Yesus Kristus dalam menebus dosa umat manusia.

Pastor Paroki, RP Antonius Andri Atmaka, menuturkan bahwa visualisasi ini bukan hanya sekadar drama teatrikal, melainkan sebuah representasi dari berbagai karakter dan pilihan yang dihadapi manusia. Ia menjelaskan bahwa sosok Yesus yang memilih diam di tengah siksaan dan penghinaan, adalah simbol kebebasan manusia untuk memilih antara kebaikan dan kejahatan.

"Yesus memberikan teladan, namun keputusan akhir ada pada setiap individu," ujarnya. Romo Antonius menekankan bahwa pesan utama dari Jalan Salib adalah agar umat Katolik tidak hanya berhenti pada seremoni, tetapi mampu mengaplikasikan nilai-nilai pengorbanan dan kasih dalam kehidupan sehari-hari.

Visualisasi ini menampilkan rangkaian peristiwa yang dialami Yesus, mulai dari pengadilan hingga penyaliban. Para aktor yang terlibat, dengan penuh penghayatan memerankan setiap adegan, tak jarang menguras emosi para penonton.

Ivonsius, seorang pemuda berusia 26 tahun, mendapatkan kehormatan untuk memerankan tokoh sentral, Yesus Kristus. Ia mengaku telah mempersiapkan diri secara intensif selama dua bulan. Motivasi utamanya adalah keinginan untuk memperingati sengsara Yesus dan berharap melalui peran ini, ia dapat memperoleh pengampunan atas dosa-dosanya.

"Saya merasa plong dan bebas setelah memerankan Yesus. Beban dosa seperti terangkat," ungkap Ivonsius. Ia juga bercerita tentang bagaimana ia berusaha meneladani ketabahan Yesus dalam menghadapi berbagai adegan berat, seperti diludahi, dipukul, dan dicambuk.

Berikut adalah persiapan yang dilakukan Ivonsius:

  • Membaca Alkitab secara mendalam.
  • Menonton film-film tentang kisah Yesus.
  • Berusaha melupakan dosa masa lalu.
  • Berusaha menjadi pribadi yang lebih rendah hati dan tidak pendendam.

Ivonsius berharap, melalui peringatan Jalan Salib, anak muda Katolik di Tarakan dapat semakin memperkuat iman mereka dan menjauhi pergaulan bebas, narkoba, dan pengaruh buruk lainnya.

Secara keseluruhan, visualisasi Jalan Salib di Tarakan bukan hanya sekadar tontonan, tetapi sebuah ajakan untuk merenungkan makna pengorbanan, memilih kebaikan, dan mengamalkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan sehari-hari. Acara ini menjadi pengingat yang kuat bagi umat Katolik untuk menjadi agen perubahan positif di tengah masyarakat.