Boeing Hadapi Kendala Pengiriman 737 MAX ke China di Tengah Ketegangan Perdagangan
Boeing Terhambat Kirim Pesawat 737 MAX ke China
Produsen pesawat terbang Amerika Serikat, Boeing, menghadapi tantangan dalam pengiriman pesawat Boeing 737 MAX ke China. Situasi ini diduga kuat dipicu oleh perang tarif impor yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump terhadap China.
Sebuah laporan dari Reuters mengungkapkan bahwa pesawat Boeing yang telah tiba di fasilitas penyelesaian Boeing dekat Shanghai pada bulan lalu, kini dikembalikan lagi ke Amerika Serikat. Data pelacakan penerbangan menunjukkan adanya beberapa pesawat Boeing 737 MAX baru yang berada di pusat penyelesaian dan pengiriman di Zhoushan. Di fasilitas ini, Boeing biasanya memasang interior kabin dan melakukan pengecatan pesawat sebelum diserahkan kepada maskapai pemesan di China.
Berdasarkan data dari Flightradar24, setidaknya tiga pesawat tiba dari pabrik Boeing di Seattle pada Maret 2025 dan satu pesawat baru saja tiba minggu lalu. Salah satu jet tersebut dilaporkan telah terbang dari Zhoushan menuju Guam, dan data pelacakan menunjukkan bahwa pesawat itu sedang dalam perjalanan kembali ke AS, dengan Guam sebagai salah satu titik pemberhentian dalam penerbangan melintasi Samudra Pasifik.
Foto-foto yang diunggah ke situs web Planespotting pada Februari 2025 memperlihatkan pesawat tersebut menggunakan livery Xiamen Airlines, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh China Southern. Sumber terpercaya menyebutkan bahwa pesawat tersebut semula direncanakan untuk dikirimkan ke Xiamen Airlines. Namun, pada tahun 2024, pesawat yang sama juga terlihat di AS dengan livery Shandong Airlines, dan pada tahun 2018 menggunakan logo Air China.
Pihak Boeing sendiri menolak memberikan komentar terkait isu ini. Namun, sebelumnya pengiriman pesawat Boeing ke China memang kerap terganggu akibat ketegangan hubungan antara Amerika Serikat dan China. Pada Januari 2024, pengiriman pesawat Boeing 737 MAX sempat dilanjutkan setelah mengalami pembekuan impor selama hampir lima tahun.
Boeing membuka pabrik di dekat Shanghai pada tahun 2018. Langkah ini dilakukan untuk memperkuat posisinya di pasar penerbangan China yang sangat besar, meski tidak mengikuti jejak Airbus yang telah merakit pesawat secara utuh di China.
Sumber dari industri penerbangan mengatakan bahwa belum ada konfirmasi resmi terkait larangan pengiriman pesawat Boeing, yang sebelumnya dilaporkan oleh Bloomberg. Namun, penerapan tarif impor akan secara efektif menghalangi impor untuk saat ini. Pemerintah China juga dilaporkan meminta maskapai penerbangan di negara tersebut untuk menghentikan pembelian peralatan dan suku cadang pesawat dari perusahaan-perusahaan Amerika Serikat.
Seorang sumber industri senior menyatakan bahwa Boeing dan para pemasoknya bersiap untuk menghadapi kemungkinan tidak dapat mengirimkan pesawat ke China dalam waktu dekat. Namun, dua sumber industri di AS mengatakan bahwa mereka belum menerima instruksi yang jelas untuk menghentikan pengiriman suku cadang ke China.
Ketidakpastian terkait perubahan tarif ini dapat membuat banyak pengiriman pesawat menjadi tidak jelas. Bahkan beberapa CEO maskapai penerbangan menyatakan akan menunda pengiriman pesawat daripada harus membayar tarif impor.
China merupakan pasar yang sangat penting bagi Boeing, yang secara historis menerima seperempat dari total pengiriman pesawatnya. Namun, proporsi ini telah menurun akibat ketegangan perdagangan, krisis keselamatan 737 MAX, dan dampak pandemi Covid-19.
Analisis menunjukkan bahwa penghentian sementara pengiriman ke China tidak akan berdampak signifikan pada Boeing, karena perusahaan dapat melayani maskapai lain. Selain itu, Airbus juga kekurangan kapasitas cadangan.
Dalam jangka panjang, China tetap menjadi pasar yang sangat strategis. Boeing memperkirakan bahwa armada pesawat di China akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2043, dan negara tersebut akan melampaui Amerika Serikat dalam hal lalu lintas udara.
Data Boeing menunjukkan adanya 130 pesanan yang belum terpenuhi dari maskapai penerbangan dan perusahaan penyewaan pesawat yang berbasis di China, termasuk 96 pesawat 737 MAX. Sumber industri mengatakan bahwa sebagian besar dari lebih dari 760 pesanan yang belum disebutkan pembelinya oleh Boeing kemungkinan besar berasal dari China.
Kepala Ekonom IBA, Stuart Hatcher, menyatakan bahwa maskapai penerbangan China menyewa 55 persen dari jet mereka, dan kemungkinan besar mereka akan mencoba memperpanjang masa sewa yang akan segera berakhir untuk sementara waktu.