Kemacetan Parah Landa Tanjung Priok: Keluhan Sopir Truk Terjebak Belasan Jam

Kemacetan lalu lintas yang luar biasa parah melanda kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, menyebabkan para sopir truk kontainer mengalami frustrasi akibat terjebak selama berjam-jam. Antrean panjang kendaraan yang hendak melakukan bongkar muat menjadi penyebab utama kemacetan yang terjadi sejak Kamis (17/4/2025) dini hari.

Beberapa ruas jalan utama di sekitar pelabuhan, seperti Jalan Yos Sudarso, Marunda, Enggano, Plumpang, dan area dalam Pelabuhan Tanjung Priok sendiri, mengalami dampak terparah. Kendaraan nyaris tidak bergerak selama berjam-jam, membuat para sopir merasa putus asa.

Walaupun pihak kepolisian telah melakukan berbagai upaya rekayasa lalu lintas, kemacetan baru mulai terurai menjelang Jumat (18/4/2025) dini hari. Namun, dampak dari kemacetan ini sangat dirasakan oleh para sopir truk yang harus menanggung kerugian waktu dan biaya.

Jaya (61), seorang sopir truk kontainer, mengungkapkan bahwa kemacetan kali ini jauh lebih buruk dari biasanya. Menurutnya, kemacetan sebelumnya hanya terjadi di area pelabuhan menuju New Priok Container Terminal (NPCT). Namun, kali ini kemacetan meluas hingga ke berbagai wilayah di Jakarta Utara dan sekitarnya.

"Biasanya macet hanya di sekitar pelabuhan saja. Tapi kemarin, macetnya sampai ke Marunda, Bekasi, Cikunir, Cengkareng, bahkan ke mana-mana," ujar Jaya saat ditemui di Jalan Yos Sudarso.

Selama terjebak macet, Jaya mengaku tidak membawa bekal makanan. Ia terpaksa membeli makanan dari penjual yang menjajakan dagangannya di tengah kemacetan.

"Ya, ada yang jualan di sini," katanya.

Kemacetan ini juga berdampak pada peningkatan biaya operasional Jaya. Dengan komisi yang hanya Rp 140 ribu, ia merasa merugi akibat waktu yang terbuang percuma di jalan.

Sopir truk lainnya, Ahmad (40), menceritakan pengalamannya terjebak macet selama 12 jam di sekitar Marunda. Meskipun demikian, ia tetap harus melanjutkan pekerjaannya menuju Pelabuhan Tanjung Priok untuk melakukan bongkar muatan.

"Kemarin 12 jam, dari Marunda dari jam 11 siang sampai jam 12 malam, dari bongkar-bongkar dari Marunda. Hari ini iya mau ke pelabuhan," ungkap Ahmad.

Matsanun, sopir lainnya, juga mengeluhkan kemacetan yang dialaminya. Ia mengaku tetap harus bekerja keras meskipun harus menghadapi kemacetan parah. Baginya, menahan rasa lelah saat menginjak kopling truk tidak sebanding dengan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga.

"Enggak apa-apa, sudah biasa untuk mobil gede, sudah biasa," kata Matsanun.

"Enggak (pegal menahan kopling), karena butuh, iya lebih berat tanggung keluarga daripada nginjek kopling," imbuhnya.

Kisah serupa juga dialami oleh Ahmad (40), yang juga terjebak macet selama 12 jam di sekitar Marunda. Ia tetap bersemangat untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya.

"Kemarin 12 jam, dari Marunda dari jam 11 siang sampai jam 12 malam, dari bongkar-bongkar dari Marunda. Hari ini iya mau ke pelabuhan," ujar Ahmad.