Reaktivasi KA Bandung-Ciwidey Mengkhawatirkan Warga Terdampak: Harapan akan Ganti Rugi yang Adil Mengemuka

Rencana reaktivasi jalur kereta api Bandung-Ciwidey oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat menimbulkan berbagai reaksi di kalangan masyarakat yang tinggal di sepanjang jalur tersebut. Meskipun tidak menolak mentah-mentah proyek ini, banyak warga yang mengungkapkan kekhawatiran mereka terkait potensi penggusuran tempat tinggal dan mata pencaharian mereka.

Kecemasan ini terutama dirasakan oleh warga yang tinggal di Kampung Ciluncat, Desa Ciluncat, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung. Selama hampir dua dekade, puluhan keluarga telah mendirikan rumah dan membangun kehidupan di atas lahan yang dulunya merupakan jalur kereta api. Ketua RT setempat, Dadan Rustandi, mengungkapkan bahwa keresahan warga semakin meningkat seiring dengan beredarnya informasi mengenai rencana pengaktifan kembali jalur kereta dalam waktu dekat. "Warga sudah mulai resah semuanya," ujarnya, menggambarkan ketidakpastian yang melanda masyarakat.

Kondisi di Kampung Ciluncat memperlihatkan bahwa hampir seluruh rumah warga berdiri di atas jalur rel yang kini telah berubah fungsi menjadi jalan setapak atau bahkan bagian dari fondasi rumah. Beberapa rumah bahkan masih menyimpan sisa-sisa rel kereta api di dalam bangunan mereka. Dadan memperkirakan bahwa lebih dari 200 jiwa tinggal di wilayah tersebut, termasuk warga yang mengontrak. Selain rumah tinggal, sebuah masjid juga terancam tergusur jika proyek reaktivasi benar-benar dilaksanakan.

Kendati demikian, warga Kampung Ciluncat menegaskan bahwa mereka tidak menolak proyek pembangunan ini. Mereka menyadari pentingnya infrastruktur bagi kemajuan daerah. Namun, mereka berharap agar pemerintah tidak mengabaikan nasib mereka. "Kami sebagai warga sebenarnya tidak apa-apa mau dijalankan kembali, asalkan pemerintah tidak menelantarkan masyarakat," kata Dadan, menyuarakan harapan akan adanya solusi yang adil bagi warga terdampak.

Harapan serupa juga diungkapkan oleh Iim, seorang ibu dua anak yang tinggal dan membuka usaha di Kampung Cibeureum Jati, Desa Sadu, Kecamatan Soreang. Ia mengaku cemas jika rencana reaktivasi jalur kereta api benar-benar terealisasi. Selama lebih dari 15 tahun, ia dan keluarganya telah membangun kehidupan dan mencari nafkah di atas bekas jalur kereta. "Saya bingung nanti usaha di mana lagi," ujarnya, menggambarkan dilema yang dihadapinya.

Kekhawatiran Iim semakin bertambah ketika anaknya yang masih kecil mulai mempertanyakan nasib mereka jika harus kehilangan tempat tinggal. Ia berharap agar pemerintah dapat menyiapkan tempat tinggal yang layak bagi warga terdampak jika proyek reaktivasi jalur kereta api Bandung-Ciwidey tetap dilanjutkan. Aspirasi utama dari warga terdampak adalah adanya dialog yang konstruktif dengan pemerintah dan jaminan ganti rugi atau relokasi yang adil, sehingga mereka dapat melanjutkan hidup dengan layak tanpa kehilangan mata pencaharian dan tempat tinggal.