Tragedi Songkran: Seorang Ibu di Bangkok Diduga Telantarkan Bayi yang Baru Dilahirkan hingga Meninggal Dunia

Tragedi mengguncang Bangkok selama perayaan Festival Songkran, di mana seorang wanita diduga menelantarkan bayinya yang baru dilahirkan di pinggir jalan, menyebabkan kematian bayi tersebut. Insiden memilukan ini terjadi di distrik Don Mueang dan dengan cepat menyebar luas di media sosial, memicu kecaman publik.

Peristiwa tragis ini terungkap setelah sebuah foto bayi yang meninggal dibagikan di Facebook oleh akun bernama Jmoi v+. Dalam unggahannya, akun tersebut menyebutkan lokasi kejadian di luar Desa Rotsarin, Soi Kosum Ruamjai 34, Don Mueang, Bangkok, pada tanggal 16 April.

Menurut laporan, ibu bayi tersebut, yang kemudian diidentifikasi sebagai Piyathida, 27 tahun, terlihat sedang merayakan Songkran bersama teman-temannya di dekat lokasi penemuan jasad bayi. Awalnya, Piyathida membantah bahwa ia adalah ibu bayi tersebut, meskipun terdapat bukti pendarahan dari area genitalnya. Ia berdalih bahwa pendarahan tersebut disebabkan oleh menstruasi.

Namun, karena pendarahan yang terus menerus dan intens, Piyathida akhirnya mengakui bahwa ia memang baru saja melahirkan. Tim penyelamat segera membawanya ke Rumah Sakit Prachathipat untuk mendapatkan perawatan medis.

Rekaman CCTV yang beredar menunjukkan detik-detik Piyathida melahirkan di dekat sebuah mobil yang diparkir. Dalam rekaman tersebut, terlihat Piyathida menurunkan celananya untuk membantu proses kelahiran. Setelah melahirkan dan merobek plasenta, ia pergi meninggalkan lokasi kejadian seolah tidak terjadi apa-apa.

Saat ditemukan, bayi tersebut masih hidup namun dalam kondisi lemah. Petugas penyelamat melakukan CPR (resusitasi jantung paru) untuk menyelamatkan bayi tersebut, namun sayangnya upaya mereka tidak berhasil.

Inspektur Kantor Polisi Don Mueang, Phuwadon Aoonpho, mengonfirmasi identitas ibu bayi sebagai Piyathida dan menyatakan bahwa wanita tersebut mengakui bayinya adalah miliknya. Namun, Piyathida mengaku tidak ingat siapa ayah dari bayi tersebut. Polisi masih belum dapat meminta keterangan lebih lanjut karena kondisi Piyathida yang masih dalam perawatan intensif akibat kehilangan banyak darah.

Lebih lanjut, terungkap bahwa Piyathida memiliki dua anak lain dari hubungan sebelumnya, seorang putra dan seorang putri. Kedua anak tersebut saat ini berada di bawah perawatan keluarga mantan suaminya. Pada saat penangkapan, Piyathida diketahui berada di bawah pengaruh alkohol.

Phuwadon meyakinkan masyarakat bahwa Piyathida akan menghadapi konsekuensi hukum atas tindakannya. Polisi akan melakukan penyelidikan lebih lanjut setelah kondisi kesehatan Piyathida membaik.

Am, seorang teman Piyathida, mengaku terkejut dan kecewa dengan tindakan temannya. Am mengungkapkan bahwa ia sempat curiga Piyathida hamil dan menanyakannya langsung, namun Piyathida menyangkal dan mengatakan bahwa ia hanya bertambah gemuk. Am juga menyebutkan bahwa Piyathida hidup sebatang kara di Thailand karena ibunya menikah dengan warga negara Jerman dan tinggal di luar negeri. Ibunya secara rutin mengirimkan uang kepadanya karena ia tidak bekerja. Selain itu, anggota keluarga dan kerabat lainnya telah memutuskan hubungan dengan Piyathida karena perilakunya.

Kasus ini menjadi pengingat yang menyakitkan tentang masalah sosial yang kompleks dan mendesak perlunya dukungan bagi perempuan yang rentan dan anak-anak yang tidak diinginkan.