Perempuan Lebih Rentan Terjerat Pinjaman Online: Analisis Faktor Pendorong dan Dampak Jangka Panjang
Perkembangan teknologi finansial telah menghadirkan kemudahan akses pinjaman melalui platform online atau yang dikenal dengan pinjaman online (pinjol). Namun, di balik kemudahan tersebut, terdapat fakta menarik sekaligus mengkhawatirkan, yaitu dominasi perempuan sebagai penerima pinjaman. Data menunjukkan bahwa proporsi penyaluran pinjaman kepada perempuan terus meningkat, mengindikasikan adanya kerentanan yang lebih besar dibandingkan laki-laki.
Profesor Imron Mawardi, seorang ahli di bidang Investasi dan Keuangan dari Universitas Airlangga, menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan perempuan lebih rentan terjerat pinjol. Salah satu faktor utama adalah aspek psikologis. Perempuan cenderung lebih emosional dalam mengambil keputusan keuangan, sehingga lebih mudah tergiur oleh promosi dan penawaran menarik dari platform pinjol. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan sekunder seperti tampil cantik dan mengikuti gaya hidup mewah juga menjadi pendorong utama.
Selain itu, fenomena paylater yang semakin populer juga berkontribusi terhadap peningkatan akses pinjol di kalangan perempuan. Tanpa disadari, paylater merupakan bentuk pinjaman yang memungkinkan konsumen untuk membeli barang sekarang dan membayarnya di kemudian hari. Kemudahan ini seringkali membuat perempuan terdorong untuk berbelanja lebih banyak dari kemampuan finansial mereka.
Faktor ekonomi juga memainkan peran penting. Meningkatnya jumlah perempuan yang menjadi kepala rumah tangga menuntut mereka untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Namun, dengan keterbatasan akses terhadap pekerjaan formal dan pendapatan yang stabil, pinjol menjadi solusi instan untuk mengatasi masalah keuangan. Banyak perempuan yang bekerja di sektor informal dengan penghasilan tidak pasti, sehingga sulit untuk mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan resmi.
Ironisnya, korban pinjol seringkali berasal dari kalangan usia produktif dengan tingkat pendidikan menengah atas dan belum memiliki penghasilan tetap. Padahal, dampak negatif pinjol dapat berkepanjangan. Salah satu risiko yang mengkhawatirkan adalah kesulitan mengakses layanan keuangan formal di masa depan, seperti pengajuan kredit rumah atau modal usaha, akibat riwayat kredit yang buruk.
Profesor Imron menambahkan bahwa pinjol menjadi pilihan menarik karena menawarkan pinjaman dengan nominal kecil dan tanpa memerlukan jaminan. Proses pencairan dana yang cepat juga menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi mereka yang membutuhkan dana darurat. Namun, kemudahan ini seringkali mengabaikan perhitungan bunga yang tinggi dan risiko gagal bayar.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan literasi keuangan dan berhati-hati sebelum memutuskan untuk mengambil pinjaman online. Pastikan legalitas perusahaan pinjol, pahami dengan seksama biaya dan bunga pinjaman, serta gunakan pinjaman hanya untuk kebutuhan yang mendesak dan produktif, seperti biaya pendidikan atau modal usaha. Hindari penggunaan pinjol untuk memenuhi keinginan konsumtif yang tidak penting.
Berikut adalah beberapa tips untuk menghindari jeratan pinjol:
- Evaluasi Kebutuhan: Identifikasi kebutuhan mendesak dan pertimbangkan alternatif lain selain pinjol.
- Riset dan Bandingkan: Cari tahu informasi lengkap tentang platform pinjol, termasuk legalitas, reputasi, dan suku bunga.
- Hitung Kemampuan Membayar: Pastikan Anda mampu membayar cicilan pinjaman tepat waktu.
- Baca Syarat dan Ketentuan: Pahami semua ketentuan pinjaman, termasuk biaya tersembunyi dan denda keterlambatan.
- Jaga Data Pribadi: Hindari memberikan informasi pribadi kepada pihak yang tidak terpercaya.
- Konsultasi dengan Ahli: Jika ragu, konsultasikan dengan ahli keuangan untuk mendapatkan saran yang tepat.