Diplomasi Haji: Indonesia Sukses Raih Kuota Prioritas Lansia dan Fasilitas Mina Dekat Jamarat

Menteri Agama, Nasaruddin Umar, mengungkapkan serangkaian upaya diplomasi intensif yang dilakukan pemerintah Indonesia kepada Kerajaan Arab Saudi demi meningkatkan kualitas pelayanan dan kuota haji, khususnya bagi jemaah lanjut usia (lansia).

Prioritas utama diplomasi ini adalah meyakinkan otoritas Saudi untuk memberikan kuota khusus bagi jemaah berusia 90 tahun ke atas. Awalnya, kebijakan Saudi membatasi kuota haji bagi jemaah berusia di atas 70 tahun hanya 7%, dengan pertimbangan faktor usia. Menag Nasaruddin Umar menekankan bahwa pendekatan yang digunakan Indonesia berfokus pada istitha'ah (kemampuan fisik dan finansial) jemaah, bukan semata-mata pada usia.

"Lobi dan pendekatan yang kita lakukan, maka saya langsung menemui menteri haji dan juga menteri kesehatan," jelas Nasaruddin Umar. Upaya ini berhasil meyakinkan pemerintah Saudi untuk memberikan pengecualian khusus bagi Indonesia, memungkinkan jemaah lansia dengan kondisi kesehatan yang memadai untuk menunaikan ibadah haji.

Selain kuota lansia, Menag juga mengupayakan peningkatan fasilitas bagi jemaah Indonesia selama di Mina. Salah satu poin penting adalah penempatan tenda jemaah Indonesia di lokasi yang lebih dekat dengan Jamarat, tempat pelaksanaan lempar jumrah. Posisi tenda yang strategis ini sangat penting untuk kenyamanan dan keselamatan jemaah, terutama lansia, karena mengurangi jarak tempuh dan risiko kelelahan.

"Dan yang ketiga, permintaan kami dari awal, agar jamaah haji Indonesia itu mendiami Mina yang dekat Jamarat, bukan Mina Jadid," ujar Nasaruddin. Pemerintah Indonesia menekankan pentingnya lokasi ini berdasarkan pertimbangan fikih, khususnya pandangan Imam Syafi'i terkait batas-batas Mina dalam pelaksanaan ibadah haji. Upaya ini juga membuahkan hasil positif, dengan pemerintah Saudi menyetujui penempatan jemaah Indonesia di area inner circle Mina.

Upaya diplomasi lainnya adalah peningkatan kuota pembimbing haji. Semula, Indonesia hanya mendapatkan alokasi 1% dari total jemaah. Melalui lobi intensif, kuota pembimbing haji berhasil ditingkatkan menjadi dua kali lipat, sehingga pelayanan dan bimbingan kepada jemaah Indonesia dapat ditingkatkan secara signifikan.

Pemerintah Indonesia juga aktif berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan Arab Saudi untuk memastikan perhatian khusus terhadap kesehatan jemaah Indonesia, terutama mengingat banyaknya jemaah lansia. Koordinasi ini bertujuan untuk memastikan ketersediaan layanan kesehatan yang memadai dan responsif selama pelaksanaan ibadah haji.

Nasaruddin menegaskan komitmen pemerintah untuk terus berupaya memberikan pelayanan terbaik bagi jemaah haji Indonesia. Upaya ini mencakup peningkatan kualitas katering, penyediaan transportasi yang memadai, serta antisipasi terhadap berbagai potensi masalah yang mungkin timbul selama pelaksanaan ibadah haji.

Sebagai informasi tambahan, Bimbingan Manasik Haji Nasional 1446 Hijriah melibatkan lebih dari 100.000 jemaah haji, baik secara daring maupun luring, yang diselenggarakan di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur. Para peserta berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.