Sumo: Lebih dari Sekadar Olahraga, Warisan Budaya dan Spiritual Jepang Kuno
Sumo, lebih dari sekadar olahraga gulat, merupakan bagian integral dari budaya dan sejarah Jepang yang kaya. Terjalin erat dengan tradisi Shinto dan ritual kuno, sumo telah menjadi simbol identitas nasional dan kekuatan spiritual Jepang selama berabad-abad.
Akar Shinto dan Ritual Kuno
Sejarah sumo dapat ditelusuri kembali ke periode Yayoi (300 SM - 300 M), di mana ia bukan hanya bentuk hiburan, tetapi ritual sakral yang bertujuan untuk berkomunikasi dengan dewa dan roh. Legenda menceritakan Nomi no Sukune, yang dianggap sebagai pesumo pertama, bertanding atas perintah Kaisar Suinin. Kemenangannya menandai awal dari tradisi panjang yang kemudian berkembang menjadi olahraga yang terstruktur.
Pada abad ke-8, selama periode Nara, sumo mengalami transformasi menjadi kontes kekuatan yang dikenal sebagai tsuji-zumo. Pertandingan ini sering kali diadakan dengan taruhan dan menarik perhatian para samurai. Namun, kurangnya aturan yang jelas menyebabkan pertandingan yang berbahaya, bahkan mematikan. Kanjin-zumo, di sisi lain, adalah pertandingan yang diadakan di kuil Shinto untuk mengumpulkan dana, menunjukkan bagaimana sumo telah lama menjadi bagian dari kegiatan sosial dan keagamaan masyarakat Jepang.
Simbolisme dalam Gerakan Sumo
Setiap gerakan dalam sumo mengandung makna spiritual yang dalam. Shiki, gerakan menghentakkan kaki ke tanah, berasal dari prajurit kuno yang mencoba menakut-nakuti musuh sebelum pertempuran. Bahkan Dewi Amaterasu diyakini pernah melakukan gerakan ini dalam mitologi Shinto. Sebelum pertandingan, pesumo bertepuk tangan, sebuah praktik umum dalam ritual Shinto. Penaburan garam di arena (dohyo) melambangkan penyucian, sesuai dengan kepercayaan Shinto. Wasit sumo (gyoji) mengenakan pakaian yang menyerupai jubah bangsawan istana Jepang kuno, mirip dengan pakaian pendeta Shinto modern.
Transformasi Menuju Sumo Modern
Sumo seperti yang kita kenal sekarang mulai berkembang pada tahun 1684 di kuil Shinto Tomioka Hachimangu di Tokyo. Ikazuchi Gondayu, seorang mantan samurai, memainkan peran penting dalam menyusun aturan dan membentuk arena sumo standar. Saat ini, menjadi seorang pesumo (rikishi) adalah profesi yang serius, dengan calon rikishi berlatih sejak usia muda di tempat latihan yang disebut sumo-beya, berjuang untuk naik peringkat di dunia sumo profesional.
Jadwal Turnamen Sumo 2025
Berikut adalah jadwal turnamen sumo besar di Jepang selama tahun 2025, sesuai dengan Japan Sumo Association:
- Hatsu Basho (Turnamen Januari): 12–26 Januari 2025 di Ryōgoku Kokugikan, Tokyo
- Haru Basho (Turnamen Maret): 9–23 Maret 2025 di Edion Arena Osaka, Osaka
- Natsu Basho (Turnamen Mei): 11–25 Mei 2025 di Ryōgoku Kokugikan, Tokyo
- Nagoya Basho (Turnamen Juli): 13–27 Juli 2025 di Aichi Prefectural Gymnasium, Nagoya
- Aki Basho (Turnamen September): 14–28 September 2025 di Ryōgoku Kokugikan, Tokyo
- Kyushu Basho (Turnamen November): 9–23 November 2025 di Fukuoka Kokusai Center, Fukuoka
Setiap turnamen berlangsung selama 15 hari dan dimulai pada hari Minggu.
Sumo terus menjadi bagian penting dari budaya Jepang, menggabungkan kekuatan fisik dengan tradisi spiritual. Lebih dari sekadar olahraga, sumo adalah cerminan dari sejarah dan jiwa Jepang.