Dampak Negatif Menyalahkan Korban Pelecehan Seksual: Luka Psikologis dan Proses Pemulihan yang Terhambat
Maraknya kasus pelecehan seksual, khususnya di lingkungan profesional seperti bidang medis, seringkali tidak diimbangi dengan dukungan yang memadai bagi para korban. Alih-alih mendapatkan empati dan dukungan, korban justru kerap kali dipersalahkan atas kejadian yang menimpanya. Reaksi publik yang menyudutkan ini tidak hanya memperberat beban mental mereka, tetapi juga dapat memperparah luka psikologis yang mereka alami.
Psikiater dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ., menekankan bahwa masih banyak masyarakat yang memberikan komentar negatif terhadap korban, seperti menyalahkan pakaian yang dikenakan atau reaksi yang ditunjukkan. Tekanan ini dapat membuat korban merasa bersalah atas kejadian yang sama sekali bukan kesalahannya, dan berdampak serius pada kondisi mental mereka dalam jangka panjang. Banyak korban pelecehan memendam luka mereka sendiri dan melanjutkan hidup dengan penderitaan yang tersembunyi. Luka psikologis yang tidak tersampaikan atau tertangani dapat memicu berbagai gejala, mulai dari kecemasan, trauma, hingga gangguan kepercayaan dalam kehidupan sosial dan pribadi. Korban mungkin mengalami mimpi buruk, rasa takut berhadapan dengan orang lain, ketakutan dalam hubungan asmara, hingga kekhawatiran yang berlebihan.
Korban juga dapat mengalami kesulitan untuk membuka diri, menjalin komitmen, dan mempercayai orang lain. Oleh karena itu, empati dan dukungan dari masyarakat sangatlah penting. Dukungan dari lingkungan sekitar dapat mempercepat proses pemulihan korban dan mencegah mereka merasa sendirian dalam menghadapi trauma. Peran serta masyarakat dalam mengarahkan narasi untuk mengecam pelaku jika terbukti bersalah, mendukung korban, dan berempati kepada korban, sangatlah krusial. Masyarakat perlu memahami dampak mendalam dari menyalahkan korban pelecehan seksual dan berupaya menciptakan lingkungan yang aman dan suportif bagi para penyintas.