Pinjaman Online Meningkat di Tengah Ketidakpastian Ekonomi: Analisis Pakar Unair
Di tengah gejolak ekonomi yang tak menentu, popularitas pinjaman online (pinjol) justru semakin meroket. Data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan peningkatan signifikan dalam pembiayaan peer-to-peer lending (P2P lending) hingga akhir Februari 2025, mencapai pertumbuhan 31,6 persen year-on-year (yoy) dengan nilai fantastis sebesar Rp 80,7 triliun.
Fenomena ini menarik perhatian Guru Besar Investasi dan Keuangan Universitas Airlangga (Unair), Prof. Dr. Imron Mawardi, S.P., M.Si. Menurutnya, lonjakan tren pinjol di Indonesia dipicu oleh kombinasi beberapa faktor krusial. Kemudahan akses yang ditawarkan platform pinjol menjadi daya tarik utama. Masyarakat dengan mudah tergiur penawaran pinjol melalui smartphone.
Namun, Imron juga menyoroti budaya konsumerisme yang mengakar kuat di masyarakat. Godaan belanja daring yang semakin mudah diakses melalui perangkat gadget memicu keinginan untuk membeli barang-barang yang sebenarnya bukan kebutuhan mendesak. Iklan pinjol yang agresif, ditambah dengan literasi keuangan yang masih rendah, semakin memperburuk situasi. Masyarakat cenderung langsung mengambil pinjaman tanpa mempertimbangkan suku bunga dan risiko jangka panjang.
Kerentanan Perempuan dalam Jeratan Pinjol
Data menunjukkan bahwa mayoritas peminjam online adalah perempuan. Jarak penyaluran pinjaman antara perempuan dan laki-laki semakin melebar, mengindikasikan kerentanan perempuan terhadap godaan pinjol. Imron menjelaskan bahwa perempuan cenderung lebih emosional dalam mengambil keputusan keuangan, sehingga lebih mudah terpengaruh oleh penawaran menarik.
Keinginan untuk memenuhi kebutuhan sekunder seperti tampil cantik dan mengikuti gaya hidup mewah juga mendorong perempuan untuk mengajukan pinjaman online. Imron juga menyoroti fenomena paylater yang semakin populer. Meskipun tampak seperti solusi praktis, paylater pada dasarnya adalah bentuk pinjaman yang seringkali tidak disadari oleh penggunanya.
Korban pinjol didominasi oleh perempuan usia produktif dengan latar belakang pendidikan SMA yang belum memiliki penghasilan tetap. Ironisnya, jeratan pinjol dapat berdampak jangka panjang bagi masa depan mereka. Reputasi kredit yang buruk akibat gagal bayar pinjol dapat menghambat akses mereka ke lembaga keuangan formal di kemudian hari, misalnya saat ingin mengajukan kredit perumahan.
Mengapa Pinjol Lebih Menarik dari Bank?
Salah satu alasan utama mengapa pinjol lebih diminati daripada pinjaman bank adalah kemudahan dalam memperoleh pinjaman dengan nominal kecil tanpa memerlukan jaminan. Proses pengajuan pinjaman online juga jauh lebih cepat dan praktis dibandingkan dengan proses pengajuan pinjaman di bank.
Imron mencontohkan, seorang pelaku usaha kecil yang membutuhkan modal cepat sebesar Rp 2 juta mungkin lebih memilih pinjol karena prosesnya yang instan. Meskipun suku bunga pinjol lebih tinggi, pelaku usaha tersebut merasa bahwa margin keuntungan yang diperoleh dari usahanya dapat menutupi biaya pinjaman.
Imbauan untuk Masyarakat
Menutup penjelasannya, Imron Mawardi mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dan mempertimbangkan secara matang sebelum mengambil pinjaman online. Ia menekankan pentingnya memastikan legalitas perusahaan pinjol, memahami besaran biaya pinjaman, dan menghindari pinjaman untuk kebutuhan yang tidak mendesak. Pinjaman sebaiknya hanya digunakan untuk kebutuhan primer, seperti biaya pendidikan anak atau kebutuhan mendesak lainnya.
Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan sebelum mengambil pinjaman online:
- Pastikan perusahaan pinjol terdaftar dan diawasi oleh OJK.
- Pahami dengan seksama ketentuan pinjaman, termasuk suku bunga, biaya, dan jangka waktu.
- Pinjam sesuai dengan kemampuan membayar.
- Hindari pinjaman untuk kebutuhan konsumtif.
- Prioritaskan pinjaman untuk kebutuhan mendesak dan produktif.
Dengan berhati-hati dan bijak dalam mengambil keputusan keuangan, masyarakat dapat terhindar dari jeratan pinjol yang merugikan.